Kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam yang terletak di
Propinsi Banten. Mulanya, kerajaan Banten berada dibawah kekuasaan Kerajaan
Demak. Namun, Banten berhasil melepaskan diri ketika mundurnya Kerajaan Demak.
Pemimpin Kerajaan Banten pertama adalah Sultan Hasanuddin yang memerintah pada
tahun 1522-1570. Sultan Hasanuddin berhasil membuat Banten sebagai pusat
perdagangan dengan memperluas sampai ke daerah Lampung, penghasil lada di
Sumatera Selatan. Tahun 1570 Sultan Hasanuddin meninggal kemudian dilanjutkan
anaknya, Maulana Yusuf (1570-1580) yang berhasil menakhlukkan Kerajaan
Pajajaran pada tahun 1579. Setelah itu, dilanjutkan oleh Maulana Muhammad
(1585-1596) yang meninggal pada penakhlukkan Palembang sehingga tidak berhasil
mempersempit gerakan Portugal di Nusantara.
Banten memang kaya peninggalan
sejarah dari zaman megalitik sampai penjajah Jepang, meskipun bila kita ke sana
saat ini banyak prasarana umum yang tertinggal. Ragam peninggalan di sana
mencerminkan tingginya peradaban nenek moyang, luasnya pergaulan orang Banten
sampai di tingkat internasional dengan rasa toleransi begitu tinggi antaretnis
dan agama saat itu. Banten bukan hanya sosok Sultan Ageng Tirtayasa atau
Jendral Daendels yang memaksa rakyat mengerjakan pembangunan jalan 1.000
kilometer dari Anyer hingga ke Panarukan di Jawa Timur. Ia lebih dari itu.
Banten tua memiliki kekayaan ilmu pengetahuan yang mengagumkan, menjadi sumber
sejarah tak habis-habisnya untuk dikupas sebab wilayah itu berhubungan erat
dengan wilayah Jawa bagian tengah dan barat yang pada masa lalu dikenal lewat
Kerajaan Demak (Jawa Tengah), Pajajaran (Jawa Barat), atau Bogor dengan
Kerajaan Pakuan. Peninggalan Sejarah dan Purbakala (PSP) Banten yang berada di
Kawasan Keraton Banten . Diantaranya Keraton Surosowan. Kawasan seluas empat
hektar yang dikelilingi benteng setinggi dua meter itu menyisakan bekas
bangunan, seperti pintu gerbang keraton berbentuk bulat, kolam pemandian,
hingga sistem saluran air dalam keraton. Keindahan istana akan nampak terlihat
jika mata kita alihkan kesuatau objek Tiga tangga istana yang berbentuk setengah
lingkaran dari batu bata dan pemandian Roro Denok yang sampai sekarang masih
mengeluarkan air menjadi bukti keindahan Keraton Surasowan.benten-surosowan.
Kemajuan peradaban juga bisa disaksikan dari sisa bangunan di sana. Pada tahun
1552, ketika keraton itu mulai dibangun, nenek moyang kita ternyata sudah
mengembangkan teknologi penyaringan air bersih. Pada bagian belakang
istana-jika bagian depan istana diasumsikan bangunan yang ada
tangganya-terdapat saluran air. Di depannya ada enam keran (dulu terbuat dari
besi berwarna kuning sehingga tempat itu disebut Pancuran Emas) untuk mengambil
air bersih yang sudah disaring. Air bersih bersumber dari mata air Tasik Ardi,
berjarak sekitar 2,5 kilometer dari Keraton Surasowan. Sebelum digunakan untuk
minum, air itu harus melalui tiga penyaringan (peninggilan). Sumber air Tasik
Ardi hingga kini masih tetap asri dan menjadi salah satu tempat wisata dalam
kawasan Banten Lama, walau debit air yang dikeluarkan jauh lebih kecil.
Sementara, pipa saluran air menuju keraton tetap terpelihara baik walau
sebagian tertutup tanah dan jalan. Di dalam wilayah eks Karesidenan Banten
(sejak tahun 2000 menjadi provinsi sendiri, pisah dari Provinsi Jabar) itu ada
beberapa kawasan situs dan peninggalan sejarah. Ada Banten Girang yang menyimpan
situs zaman megalitik, ada Banten Lama di mana terdapat bekas Keraton
Surasowan, Keraton Kaibon, Vihara Avalokitesvara, bekas benteng Speelwijk yang
dibangun VOC Belanda, terletak 10 km arah utara Kota Serang.
Di Kota Serang
sendiri ada beberapa gedung yang masuk kategori cagar budaya yangkresidenan.jpg
perubahannya tak bisa dilakukan sembarangan. Setidaknya di sana ada empat
gedung bersejarah. Gedung negara (kini kantor Gubenur Banten), dulu kantor
Residen Banten yang dibangun pada tahun 1800-an, gedung Joang (kini tempat
organisasi massa berkantor), bekas sekolah Mulo (kini Polres Serang), dan bekas
markas marsose Belanda dibangun pada tahun 1900-an (kini menjadi markas Korem
064 Maulana Yusuf Banten). Kondisi gedung-gedung itu relatif masih bagus. Akan
tetapi, penjara serta bangunan lain yang menjadi asrama polisi harus dirawat
dan dibersihkan. Penjara empat pintu yang umurnya diperkirakan satu abad
tersebut kini menjadi rumah tahanan Polres Serang. Sekelumit pertanyaan
tentang, bagaimana persisnya sejarah kerajaan di Banten sejak abad ke-16 sampai
abad ke-19, sampai sekarang belum terpecahkan. sosok sejarah Banten hingga saat
ini belum terwujud utuh. Penggalan yang dikaji para ahli arkeologi baru mata
rantai yang terputus-putus. Walau demikian, hasil penelitian tersebut menjadi
bukti Banten memiliki nilai sejarah. Bukti keberadaan Kerajaan Banten antara
lain terdapat pada naskah kuno Pangeran Wangsakerta Cirebon abad ke-17 Masehi.
SEPERTI apakah kejayaan Banten masa silam? Silakan saudara sekalian menyaksikan
Museum Banten Lama, depan bekas Keraton Surasowan yang dikelola Kantor
Peninggalan Sejarah dan Purbakala Banten. Di sana terdapat lukisan dua duta
besar Keraton Banten yang dikirim ke Inggris pada tahun 1682. Dua utusan
diplomatik itu adalah Kiai Ngabehi Wira Pradja dan Kiai Abi Yahya Sendana.
Archaeological Remains of Banten Lama yang dibuat Pusat Penelitian Arkeologi
Nasional karanghantu tahun 1984 menyatakan, sejarah Banten terutama terjadi
pada abad ke-16 ke atas. Antara abad ke-12 sampai ke-15 Banten sudah dikenal
sebagai pelabuhan untuk Pemerintah Inggris di Sunda. Pertumbuhan wilayah itu
maju pesat. Bandar yang berjarak hanya sekitar dua kilometer dari pusat
Pemerintahan Banten Lama disinggahi pedagang dari Gujarat (India), Tionghoa,
Melayu, Portugal, dan Belanda. Waktu itu, arus barang keluar-masuk pelabuhan
sangat lancar sehingga perekonomian Banten maju pesat. Pada zaman pemerintahan
Sultan Ageng Tirtayasa, Banten dikenal sebagai eksportir lada. Produk
rempah-rempah mengundang banyak pedagang dari berbagai negara datang lalu
tinggal di sana. Tak aneh bila di kawasan itu berdiri bangunan berusia di atas
100 tahun seperti vihara, mesjid Lama Banten, serta bekas kampung Arab, India,
dan Cina.