Tugas Makalah Mata Kuliah
Pendidikan Ilmu Filsafat
SARANA BERFIKIR ILMIAH
Di susun Oleh Kelompok 7 :
1.
Amanda
Agis Aprodita (2227141495)
2.
Dean
Trisanti (2227141617)
3.
Farhana
Nursyamsi Usfah (2227150138)
4.
Shylvi
Komala Dewi (2227150142)
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN
2015-2016
KATA
PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan YME. Atas
segala kebesaran dan kelimpahan nikmat yang diberikan-nya, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah tentang “Sarana Berfikir Ilmiah”.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah saya
alami. Oleh karena itu terselesaikannya makalah ini tentu saya bukan karena
kemampuan penyusun semata-mata. Namun, karena adanya bantuan dan mendukung dari
pihak-pihak yang terkait.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sangat menyadari
pengalaman dan pengetahuan masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah
ini lebih baik dan bisa lebih bermanfaat.
Serang,
26 Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.............................................................................................................i
DAFTAR ISI
...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah
..............................................................................................................1
1.3 Tujuan
................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Berfikir Ilmiah
.................................................................................................2
1.2 Sarana Berfikir Ilmiah
.......................................................................................................2
1.3 Ciri-ciri Berfikir Ilmiah .....................................................................................................3
1.4 Teori Berfikir Ilmiah
.........................................................................................................7
1.5 Metode Berfikir Ilmiah ......................................................................................................9
1.6 Nilai Guna Berfikir Ilmiah
..............................................................................................
10
1.7 Prosedur Berfikir Ilmiah ..................................................................................................13
BAB III PENUTUP
1.1 Kesimpulan
......................................................................................................................14
1.2 Saran
................................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kegiatan
berfikir kita lakukan dalam keseharian dan merupakan ciri utama dari kita
sebagai manusia ciptaan tuhan yang dianugerahi akal pikiran yang membedakan
manusia dengan makhluk lain ciptaan tuhan.
Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Secara garis
besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah.
Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari
dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran
berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan sarana berpikir
ilmiah ?
2.
Sarana apa saja yang mendukung seseorang
untuk berpikir ilmiah ?
1.3 TUJUAN
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
sarana berpikir ilmiah.
2.
Untuk mengetahui Sarana apa saja yang
mendukung seseorang untuk berpikir ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN
BERFIKIR ILMIAH
Berpikir
ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi
adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik
dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus; sedangkan,
deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus
ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum. Berfikir ilmiah adalah
berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam
berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan,
memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan
pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti
jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Berikut
ini adalah pendapat para ahli tentang berfikir.
1) Hillway,1956 mengatakan Berfikir
ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris:
Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan.
2) Urip Santoso, Berpikir ilmiah adalah
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb.
secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau
menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
3) Solso (1988) mengatakan bahwa
berfikir merupakan proses yang menghasilkan representasi mental yang baru
melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi yang kompleks antara
berbagai proses mental, seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan
pemecahan masalah
4) Mayer (1988) mengatakan bahwa
berfikir meliputi 3 komponen pokok, yaitu:
1)
Berfikir merupakan aktifitas kognitif
2)
Berfikir merupakan proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan di
dalam sistem kognitif
3)
Berfikir diarahkan dan menghasilkan perbuatan pemecahan masalah.
Masalah adalah suatu kondisi yang
memilioki potensi untuk menimbulkan kerugian atau menghasilkan keuntungan yang
luar biasa.
Pemecahan Masalah Pemecahan masalah
tindakan memberi respon terhadap masalah untuk menekan akibat buruknya atau
memanfaatkan peluang.
2.2
SARANA
BERFIKIR ILMIAH
Sarana
berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau
membantu langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. Fungsi sarana
berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau
teori yang lain.
a. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
Sarana berpikir ilmiah
bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan
metode ilmiah.
b. Tujuan
mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan
ilmiah secara baik.
Untuk
dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana
berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan statistika.
1. Bahasa
Bahasa merupakan
alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah.
Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai
serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna. Sedangkan dalam KBBI(Kamus
Besar Bahasa Indonesia) bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang
dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Jadi bahasa menekankan bunyi,
lambang, sistematika,
komunikasi, dan alat. Bahasa
memiliki tujuh ciri sebagai berikut :
a. Sistematis,
yang berarti bahasa mempunyai pola atau aturan.
b. Arbitrer
(manasuka). Artinya, kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan
apa yang disimbolkannya.
c. Ucapan/vokal.Bahasa
berupa bunyi.Bahasa itu simbol.
d. Kata
sebagai simbol mengacu pada objeknya.
e. Bahasa,
selain mengacu pada suatu objek, juga mengacu pada dirinya sendiri. Artinya,
bahasa dapat dipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri.
f. Manusiawi,
yakni bahasa hanya dimiliki oleh manusia.
g. Fungsi
terpenting dari bahasa adalah menjadi alatkomunikasi dan interaksi.
Ciri-Ciri
Bahasa Ilmiah
a. Informatif
berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau pengetahuan. Informasi
atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari
kesalahpahaman.
b. Reproduktif
adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama dengan
informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya.
c. Menurut
Kemeny, antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat
unsur emotif, kendatipun pada kenyataannya unsur emotif ini sulit dilepaskan
dari unsur informatif.
Slamet Iman Santoso mengimbuhkan bahwa
bahasa ilmiah itu bersifat deskriptif (descriptive language).Artinya, bahasa
ilmiah menjelaskan fakta dan pemikiran; dan pernyataan-pernyataan dalam bahasa
ilmiah bisa diuji benar-salahnya. Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen
menambahkan ciri intersubjektif,yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung
makna-makna yang sama bagi para pemakainya.
Kelemahan bahasa dalam menghambat
komunikasi ilmiah yaitu :
Bahasa
mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif, representasional, informatif,
deskriptif, simbolik, emotif, afektif) yang dalam praktiknya sukar untuk
dipisah-pisahkan. Akibatnya, ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif dan
afektifnya ketika mengomunikasikan pengetahuan informatifnya.
Kata-kata mengandung makna atau arti yang
tidak seluruhnya jelas dan eksak.Bahasa sering kali bersifat sirkular
(berputar-putar).Bahasa menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih maju
ketimbang makhluk-makhluk lainnya.Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah
mempunyai fungsi-fungsi yang sangat bermanfaat bagi aktivitas-aktivitas ilmiah.
Di sisi lain, bahasa tidak alpa dari kelemahan-kelemahannya yang merintangi
pencapaian tujuan dari aktivitas-aktivitas ilmiah. Kelemahan-kelemahan bahasa
ini barangkali akan ditutupi oleh kelebihan-kelebihan dari dua sarana berpikir
ilmiah lainnya, yaitu matematika dan statistika.
2. Matematika
Matematika
memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan lainnya
serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika merupakan
alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi
melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun
pemecahan masalah.Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala
jenis dimensi kehidupan. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika
justru lebih praktis, sistematis, dan efisien.Begitu pentingnya matematika
sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam
masyarakat. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan fungsi matematika,
terutama sebagai sarana untuk memecahkan masalah baik pada matematika maupun
dalam bidang lainnya.
Peranan matematika
sebagai sarana berpikir ilmiah adalah dapat diperoleh kemampuan-kemampuan
meliputi :
a. Menggunakan
algoritma,
b. Melakukan
manipulasi secara matematika,
c. Mengorganisasikan
data,
d. memanfatkan
simbol, tabel, grafik, dan membuatnya,
e. Mengenal
dan menemukan pola,
f. Menarik
kesimpulan,
g. Membuat
kalimat atau model matematika,
h. Membuat
interpretasi bangun geometri,
i.
Memahami pengukuran dan satuanya,
j.
Menggunakan alat hitung dan alat bantu
lainya dalam matematika, seperti tabel matematika, kalkulator, dan komputer.
Kelebihan
dan Kekurangan Matematika
Kelebihan matematika antara lain sebagai
berikut :Tidak memiliki unsur emotifBahasa matematika sangat universal.Adapun
kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandungbahasa
emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuhdengan
simbol yang bersifat artifersial dan berlaku dimana saja.
3. Statistika
Statistika
mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Konsep statistikasering
dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi
tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang
bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang
bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian
dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas
yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi
tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya.
4. Logika
Logika
adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid dan dapatdipertanggungjawabkan.
Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat
memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang
salah.Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan
berpikir. Berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai. Logika dapat
di sistemisasi dalam beberapa golongan:
a. Menurut
Kualitas dibagi dua, yakni Logika Naturalis (kecakapan berlogika berdasarkan
kemampuan akal bawaan manusia) dan Logika Artifisialis (logika ilmiah) yang
bertugas membantu Logika Naturalis dalam menunjukkan jalan pemikiran agar lebih
mudah dicerna, lebih teliti, dan lebih efisien.
b. Menurut
Metode dibagi dua yakni Logika Tradisional yakni logika yang mengikuti
aristotelian dan Logika Modern
c. Menurut
Objek dibagi dua yakni Logika Formal (deduktif dan induktif) dan Logika
Material.
Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa,
Logika,Matematika, Dan Statistika
Bahasa merupakan alat komunikasi
verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah di mana bahasa
merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan
gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu, penalaran
ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan
statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Jadi keempat sarana
ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lain.
Ciri-ciri Berpikir Ilmiah Setidaknya
ada empat ciri berpikir ilmiah, yaitu sebagai berikut:
a.
Harus obyektif : Seorang ilmuwan dituntut
mampu berpikir obyektif atau apa adanya. Seorang yang berpikir obyektif selalu
menggunakan data yang benar. Disebut
sebagai data yang benar, manakala data itu diperoleh dari sumber dan cara yang benar.
Sebaliknya, data yang tidak benar oleh karena diperoleh dengan cara yang tidak
benar. Data itu dibuat-buat, misalnya; data yang benar adalah data yang
benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak kurang dan tidak lebih.
Ternyata untuk mendapatkan data yang benar juga tidak mudah. Lebih mudah
mendapatkan data palsu. Seorang ilmuwan harus mampu membedakan antara data yang
benar itu dari data yang palsu.
Data yang benar tidak selalu mudah
mendapatkannya, dan hal itu sebaliknya adalah data palsu. Banyak orang berpikir
salah, oleh karena mendasarkan pada data yang salah atau bahkan data palsu.
Dari kenyataan seperti ini, maka seorang yang berpikir ilmiah, harus hati-hati
terhadap data yang tersedia.
b.
Rasional atau secara sederhana orang menyebut masuk akal : Seorang berpikir ilmiah harus mampu
menggunakan logika yang benar. Mereka bisa mengenali kejadian atau peristiwai
mulai apa yang menjadi sebab dan apa pula akibatnya. Segala sesuatu selalu
mengikuti hukum sebab dan akibat. Bahwa sesuatu ada, maka pasti ada yang
mengadakan. Sesuatu menjadi berkembang, oleh karena ada kekuatan yang
mengembangkan. Seseorang menjadi marah oleh karena terdapat sebab-sebab yang
menjadikannya marah. Manakala sebab itu tidak ada, tetapi tetap marah, maka
orang dimaksud dianggap di luar kebiasaan, atau tidak masuk akal. Orang berikir
ilmiah tidak akan terjebak atau terpengaruh oleh hal-hal yang tidak masuk akal.
Informasi, pendapat atau pandangan baru bagi seseorang yang selalu berikir
ilmiah tidak segera diterimanya. Mereka akan mencari tahu informasi itu tentang
sumbernya, siapa yang membawa, dan kalau perlu diuji terlebih dahulu atas
kebenarannya. Begitu pula tatkala menghadapi pandangan atau pendapat, maka
seorang yang berpikir ilmiah akan berusaha mendapatkan alasan atau dasar-dasar
yang digunakan hingga muncul pandangan atau pendapat itu. Atas sikapnya seperti
itu, maka seorang yang berpkir ilmiah dianggap kritis.
c.
Terbuka : Ia selalu memposisikan
diri bagaikan gelas yang terbuka dan masih bisa diisi kembali. Seorang yang
terbuka adalah selalu siap mendapatkan masukan, baik berupa pikiran, pandangan,
pendapat dan bahkan juga data atau informasi baru dari manapun asal atau
sumbernya. Ia tidak segera menutup diri, bahwa hanya pendapatnya sendiri saja
yang benar dan selalu mengabaikan lainnya dari mana pun asalnya. Seseorang yang
berpikir ilmiah tidak akan tertutup dan apalagi menutup diri.
d.
Selalu berorientasi pada kebenaran, dan bukan pada kalah dan menang : Seorang yang berpikir ilmiah sanggup
merasa kalah tatkala buah pikirannya memang salah. Kekalahan itu tidak
dirasakan sebagai sesuatu yang mengecewakan dan menjadikan dirinya merasa
rendah. Seorang yang berpikir ilmiah lebih mengedepankan kebenaran daripada
sekedar kemenangan. Kebenaran menjadi tujuan utamanya. Oleh karena itu, seseorang
yang berpikir ilmiah, dalam suasana apapun harus mampu mengendalikan diri, agar
tidak bersikap emosional, subyektif, dan tertutup. Jadi, berpikir ilmiah
memiliki ciri-ciri, diantaranya: a. pendapat atau tindakannya melalui
penelitian; b. pendapatnya sesuai kebenaran; c. terdapat data-data atau bukti
dalam menunjukkan hasilnya; d. tidak berdasarkan perkiraan atau hanya sekedar
pendapat.
2.4 TEORI BERFIKIR ILMIAH
Berfikir Ilmiah atau pendekatan
ilmiah diperkenlakan oleh Charles Darwin dengan menggabungkan aspek-aspek
penting dari metode induktif dan deduktif. Dari teori Malthus tentang Populasi
oleh Darwin selanjutnya mempelajari untuk menjelaskan tentang evolusi
setelah menggabungkan data dengan baik. Darwin berdasarkan pada teori Malthus
menarik kesimpulan bahwa datanya mungkin benar. Dia memformulasikan suatu
hipotesis dari kenyataan yang telah dikatehui, kemudian menyelediki dengan
lebih jauh untuk mengetahui apakah hal itu membantu kehidupan atau membuktikan hal yang salah dengan adanya
tambahan yang jelas. Metode Darwin merupakan contoh berfikir secara ilmiah yang
modern.
Pendekatan ilmiah ini merupakan
suatu proses penelitian yang sistematik yang terdiri dari bagian-bagian yang
saling bergantung (interdependen). Pendekatan ini telah terbukti sebagai metode
yang berhasil dalam memahami dunia kita yang cukup rumit ini dan dalam
mengembangkan temuan-temuan baru untuk memenuhi keinginan manusia.
Dalam pendekatan ilmiah dikenal lima
langkah sebagai berikut:
1.
Perumusan Masalah
Penyidikan ilmiah dimulai dari suatu
masalah atau persoalan yang memerlukan pemecahan. Persoalan tersebut harus mempunyai
suatu ciri penting dan dirumusan sedemikian rupa sehingga dapat dijawab dengan
pengamatan dan percobaan. Persoalan yang menyangkut pilihan atau nilai-nilai
tidak dapat dijawab atas dasar informasi faktual belaka.
Kata-kata yang mengandung makna pertimbangan
nilai hendaknya tidak dimasukkan kedalam perumusan masalah. Contoh pertanyaan “
apakah sistem sekolah unggulan baik bagi
siswa ? tidak dapat diselidiki secara ilmiah tanpa memahami apa arti baik bagi
siswa atau bagaimana cara mengamatu at
atau mengukur “baik” itu . Pertangyaaan seperti, apakah siswa yang dididik denga sistem sekolah inggulan akan
memperoleh skor yang lebih tinggi pada tes belajar pada siswa yang
diajar dengan sistem tradisional ? inilah yang dapat diseliodiki secara ilmiah
2.
Pengajuan Hipotesis
Setelah perumusan masalah, hipotesis
dirumuskan sebagai penjelasan sementara tentang masalah itu. Pada tahap ini
peneliti diharuskan membaca bahan bacaan yang berkaitan dengan masalah itu dan
berfikir lebih mendalam lagi. Dengan
menggunakan contoh diaatas. Peneliti mungkin meru,uskan hipotesisnya “ siswa
yang m,engajar dengan sistam sekolah unggulan
memperoleh skor tes hasil belajar lebuh tunggi darupada siswa yang
belajar disekolah dengan sisrem tradisional.
3.
Cara berfikir deduktif
Melalui proses berfikir deduktif
implikasi hipotesis yang diajukan dapat ditetapkan yaitu apa yang akan dapat
diamati jika hipotesis tersebut benar. Jika benar bahwa dengan sistim sekolah
unggulan, siswa akan memperoleh skor lebih tinggi dari pada siswa sepadan yang
belajar di sekolah dengan sistem tradisional.
4.
Pengumpulan data dan analisis data
Hipotesis yang diajukan diuji dengan
pengumpulan data yang ada hubungannya dengan masalah yang diselidiki melalui
pengamatan, tes dan eksperimentasi.
Hasil-hasil pengamatan, tes dan eksperimentasi ini, dianalisis dengan
menggunakan metode tertentu baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Metode
analisis data ini biasanya dikenal dengan perhitungan-perhitungan statistik.
5.
Penerimaan dan penolakan hipotesis.
Hasil analisis data yang telah
dikumpulkan, ditetapkan apakah penyelidikan memberikan bukti-bukti yang
mendukung hipotesis atau tidak. Dalam pendekatan ilmiah peneliti tidak dituntu
membuktikan hipotesis, tetapi menyimpulkan bahwa bikti-bukti yang diperoleh
mendukung atau tidak hipotesis itu.
Secara etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani,
yaitu “Meta” yang artinya sesudah atau dibalik sesuatu, dan “Hodos” yang
artinya jalan yang harus ditempuh. Jadi metode berarti langkah-langkah (cara
dan tekhnis) yang diambil menurut urutan tertentu untuk mencapai
pengetahuan tertentu. Jadi metode berfikir ilmiah adalah prosedur, cara
dan tekhnik memperoleh pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya
suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Metode ilmiah ini adalah
sebuah prosedur yang digunakan para ilmuan dalam pencarian kebenaran baru.
Dilakukannya dengan cara kerja sistematis terhadap pengetahuan baru, dan
melakukan peninjauan kembali kepada pengetahuan yang telah ada. Tujuan dari
penggunaan metode ilmiah ini yaitu agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan
mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. Kebenaran dan kecocokan kajian
ilmiah, akan terbatas pada ruang, waktu, tempat dan kondisi tertentu. Metode
ilmiah dipengaruhi oleh unsur alam yang berubah dan bergerak secara dinamik dan
teratur. Kondisi alam yang diduga para filosof karena adanya asas tunggal dari
alam (natural law). Filosof yakin, bahwa natural law telah menjadi salah satu
sebab adanya ketertiban alam.
Ketertiban akan
diangkat dan harus diletakkan sebagai objek ukuran dalam menentukan kebenaran.
Corak-corak metodis yang sandarannya pada kondisi alam, yang dinamik dan
teratur, harus diakui telah meneyebabkan lahirnya ilmu pengetahuan dengan sifat
dan kecendrungan yang positivistic. Ilmu selalu berkembang dalam ukuran-ukuran
yang konkrit dengan model dan pendekatan serta eksperimen dan observasi.
Dalam perkembangan selanjutnya model dan cara berfikir demikian telah
memperoleh gugatan. Karena, tidak semua ilmu dapat didekati dengan model yang
sama. Dengan ditemukannya metode berfikir ilmiah, secara langsung telah
menyebabkan terdinya kemajuan dalam ilmu pengetahuan. Manusia bukan saja hidup
dalam ritmis modernisasi yang serba mudah dan menjanjkan. Lebih dari itu semua,
manusia dapat menggapai sesuatu yang sebelumnya seolah tidak mungkin. Manusia
tidak lagi berpangku tangan, terhadap apa yang menjadi kehendak alam
Metode berpikir ilmiah memiliki peranan penting dalam
membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan cakrawala baru dalam
menjamin eksistensi kehidupan manusia. Dengan menggunakan metode berfikir
ilmiah, manusia terus mengembangkan pengetahuannya. Ada 4 cara manusia
memperoleh pengetahuan:
1. Berpegang
pada sesuartu yang telah ada (metode keteguhan)
2. Merujuk
kepada pendapat ahli
3. Berpegang
pada intuisi (metode intuisi)
4. Menggunakan
metode ilmiah
Dari ke empat itulah, manusia memperoleh pengetahuannya
sebagai pelekat dasar kemajuan manusia. Namun cara yang ke empat ini, sering
disebut sebagai cara ilmuan dalam memperoleh ilmu. Dalam praktiknya, metode
ilmiah digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja
penelitian. Cara kerja ilmuan dengan penelitian ilmiah, muncul sebagai reaksi
dari tantangan yang dihadapi manusia. Pemecahan masalah melalui metode ilmiah
tidak akan pernah berpaling. Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode
ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memecahkan setiap
masalah yang di hadapinya. Ilmuan biasanya bekerja dengan cara kerja
sistematis, berlogika dan menghindari diri dari pertimbangan subjektif.
Rasa tidak puas terhadap pengetahuan yang berasal dari paham orang awam,
mendorong kelahiran filsafat. Filsafat menyelidik ulang semua pengetahuan
manusia untuk mendapat pengetahuan yang hakiki. Ilmuan mempunyai falsafah yang
sama, yaitu dalam penggunaan cara menyelesaikan masalah dengan menggunakan
metode ilmiah. Metode ilmiah selalu digunakan untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Penggunaan metode ilmiah tertentu dalam kajian tertentu, dapat
memudahkan ilmuan dan pengguna hasil keilmuannya dapat memudahkan melakukan
penelusuran.
Dalam ilmu
pengetahuan ilmiah, “tidak ada” kebenaran yang sekedar berada di awang-awang
meskipun atas nama logika. Setiap kebenaran ilmiah, senantiasa diperkuat
bukti-bukti empirik dan indrawi, bahkan sesuatu kebenaran tersebut telah teruji.
Kebenaran ilmiah yang meskipun dikuasai oleh relativitasnya, selalu berpatokan
kepada beberapa hal mendasar, yaitu: 1. Adanya teori yang dijadikan dalil
utama dalam mengukur fakta-fakta aktual. 2. Adanya data-data yang berupa fakta
atau realitas senyatanya dan realitas dalam dokumen tertentu. 3. Adanya
pengelompokkan fakta dan data yang signifikan. 4. Adanya uji validitas. 5.
Adanya penarikan kesimpulan yang operasional 6. Adanya fungsi timbal balik
antara teori dan realitas. 7. Adanya pengembangan dialektika terhadap teori
yang sudah teruji. 8. Adanya pembatasan wilayah penelitian yang proporsional.
Ciri-ciri tersebut merupakan “citra” ilmu pengetahuan dan
metode ilmah. Oleh karena itu, menurut Juhaya S. Pradja (1997), metode ilmiah
dimulai dengan pengamatan-pengamatan, kemudian memperkuat diri dengan
pengalaman dan menarik kesimpulan atas dasar pembuktian yang akurat. Langkah
metode ilmiah berpijak pada pertanyaan di seputar pada 3 hal, yaitu:
a. Kemana
arah yang hendak dituju ?
b.
Bagaimana dan kapan mulai bergerak ?
c. Mampukah
melakukan langkah dan gerakan yang sesuai dengan maksud yang ditargetkan;
benarkah telah mulai bergerak ?
Metode ilmiah
dimulai dengan usaha untuk konsisten dalam berfikir ilmiah. Dalam kerangka
berfikir ilmiah, logika merupakan metode meluruskan pemikiran, baik dalam
pendekatan deduktif maupun induktif. Metode ilmiah pun harus berpedoman pada
paradigma tentang kebenaran indrawi yang positif, karena hal itu akan lebih
membuktikan relevansi antara teori dan realitas secara apa adanya.
2.6
PROSEDUR
BERFIKIR ILMIAH
Prosedur
berfikir ilimiah modern, masih selalu tetap menggunakan kaidah keilmuan barat
yang hanya melandaskan fikirannya pada penalaran rasional dan empiris. Metode
ilmiah adalah ekspresi tentang cara berfikir menurut kaidah ilmiah. Melalui
metode ini, diharapakan dapat menghasilkan karakteristik tertentu yang diminta
pengetahuan ilmiah. Karakteristik yang dimaksud bersifat rasional (deduktif)
dan teruji secara empiris. Metode ilmiah dengan demikian adalah pengggabungan
antara cara berfikir deduktif dalam membangun tubuh pengetahuan. Prosedur
ilmiah mencakup 7 langkah, yaitu:
1. Mengenal adanya
suatu situasi yang tidak menentu. Situasi yang bertantangan atau kabur yang
menghasilkan penyelidikan.
2. Menyatakan
masalah-masalah dalam istilah spesifik
3. Merumuskan
suatu hipotesis
4. Merancang suatu
metode penyelidikan yang terkendali dengan jalan pengamatan atau
percobaan
5. Mengumpulkan
dan mencatat data kasar, agar mempunyai suatu pernyataan yang mempunyai makna
dan kepentingan
6. Melakukan
penegasan yang dapat dipertanggung jawabkan
7. Melakukan
penegasan terhadap apa yang disebut dengan metode ilmiah.
Permasalahan
akan menentukan ada atau tidaknya ilmu. Tanpa ada masalah, maka tidak akan ada
ilmu. Langkah pertama suatu penelitian adalah mengajukan sesuatu yang dianggap
sebagai masalah. Sesuatu yang dianggap sebagai masalah apabila terdapat
pertentangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya, dengan kenyataan yang
sebenarnya ada. Permasalahan dalam ilmu pengetahuan, memiliki 3 ciri:
1. Dapat di
komunikasikan dan dapat menjadi wacana publik.
2. Dapat diganti
dengan sikap ilmiah
3. Dapat ditangani
dengan metode ilmiah
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Seseorang
dikatakan berfikir ilmiah jika dia dapat berfikir secara logis dan empiris.
Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam
berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, serta menggunakan akal
budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkannya.
2. Sarana
berpikir ilmiah ialah alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
3. Sarana
yang digunakan dalam brpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika dan stasistika.
B. Saran
Saran
dari makalah ini yaitu agar penulis dapat menambah literature lain mengenai
pengertian istilah-istilah penting yang terdapat dalam tulisan agar pembaca
dapat mudah mengerti.