Selasa, 26 Januari 2016

My profil




Nama     : Farhana nursyamsi U
TTL         : Serang 16 november 95
Alamat   : jalan raya cilegon km 08 no 67 kramatwatu serang banten
Anak ke 5 dari 6 bersaudara
Agama    : Islam
Riwayat sekolah :
SD N 1 kramatwatu, SMP N 1 kramatwatu, SMA N kramatwatu, Universitas sultan ageng tirtayasa (sedang berjalan)

Moto hidup : melangkah maju, maju utuk masa depan yg cerah (tidak mudah menyerah) .


my twin



Sebut saja saya hana dan foto yang di samping saya ini hani, kami adalah saudara kembar.. Kami terlahir dari seorang ibu dan ayah yang berinisial E dan U .. Kita anak terakhir dari 6 bersaudara 2 laki" , 3 perempuan dan yg trakhir kami .. Kami bangga dan senang  di lahirkan kedunia ini . karena mereka lah org" sukses penyemangat kami .. Sampai kami tubuh dewasa seperti ini ,

Banyak org yg bilang kalo kita beda , dan banyk juga orang yang berkata kita mirip . tapi buat kami itu hal biasa. Karena mereka yg menilai dan kami hanya menjalankan..

Hana hani itu bagaikan adik dan kaka yang tidak bisa di pisahkan .. Walaupun ada saja  perselisihan di antara kita karena berbeda pendapat , tapi itu bukan alasan kami untuk ribut atau marahan. kami selalu satukan pikiran kita hingga masalah terselesaikan.
Kami bahagia menjadi saudara kembar..

Berayukur terlahir kedunia ini, terima kasi kepada orang tua kami yang telah melahirkan kami ke dunia ini . teriamakasi tuhan telah menciptakan kami ..
Selalu bersyukur dengan keadaan apapun..


Minggu, 03 Januari 2016

Sepenggal Curhatanku.

pengalaman

wktu terus berlalu
kini hari mulai berganti
aku sadari waktu ku begitu panjang

banyak hal yang ingin aku perbaiki
aku ingin memulai hidup lebih baik
aku ingin merasakan keindahan yang indah

waktu terus berjalan
aku terus berjalan
menatap ke depan
melangkah maju

pengalam mengajrkanku arti kehidupan..

KEANEKARAGAMAN BUDAYA DI INDONESIA

        


          Keanek aragaman budaya Indonesia dari Sabang sampai Merauke merupakan aset yang tidak ternilai harganya, sehingga harus tetap dipertahankan dan terus dilestarikan. Tetapi, sayangnya, sebagai anak bangsa masih banyak yang tidak mengetahui ragam budaya daerah lain di Indonesia, salah satunya budaya tato di Mentawai, Sumatra Barat, tindik sebagai tanda kedewasaan dan masih banyak kebudayaan lain yang belum ter ekdplorasi. Bagi penyuka traveling ke berbagai daerah di Indonesia, khususnya yang rasa ingintahunya cukup tinggi terhadap beragam budaya, tidak ada salahnya mampir ke Mentawai untuk melihat dari dekat budaya tato yang sudah menjadi kebudayaan masyarakat setempat, selain menikmati sajian pesona alam dan lautnya.
Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang memiliki banyak sekali kebudayaan. Bangsa kita mempunyai beraneka ragam suku bangsa, budaya, agama, dan adat istiadat. Semua itu dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Misalnya dalam upacara adat, rumah adat, baju adat, nyanyian dan tarian daerah, alat musik, dan makanan khas. Kekayaan budaya tersebut perlu dipelajari dalam rangka meningkatkan kecintaan dan kebanggaan terhadap tanah air. Sikap toleransi dalam menghadapi perbedaan perlu dikembangkan melalui kegiatan sehari-hari.
Kekayaan budaya bangsa harus kita syukuri sebagai anugerah tuhan yang maha kuasa kepada bangsa kita. Keragaman budaya yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara akan menjadikan bangsa yang besar dan kuat. Dalam bidang bahasa, kebudayaan daerah yang berwujud dalam bahasa daerah dapat memperkaya perbedaharaan istilah dalam bahasa Indonesia. Dalam bidang pariwisata, potensi keberagaman budaya dapat dijadikan objek dan tujuan pariwisata di Indonesia yang bisa mendatangkan devisa.
Sikap toleransi berarti sikap yang rela menerima dan menghargai perbedaan dengan orang atau kelompok lain. Empati adalah sikap yang secara ikhlas mau merasakan pikiran dan perasaan orang lain. toleran dan empati ini sangat penting ditumbuh kembangkan dalam kehidupan masyarakat yang majemuk seperti di Indonesia. Cara pikir seperti ini akan membawa kita pada sikap dan tindakan untuk tidak memperbesar perbedaan, tetapi mencari nilai-nilai universal yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia.

1. Apakah pakaian adat yang mereka gunakan sama? Jelaskan!
Pakaian adat masing-masing suku bangsa yang ada di Indonesia berbeda-beda. Pakaian adat dipakai pada acara khusus. Contoh pakaian adat antara lain: Blangkong dan Baju Beskap (Jawa Tengah), Baju Surjan dan balngkon (Yogyakarta), baju teluk belangan dan daster (Riau), Ulos dan Sabe-sabe (Sumut).

2. Apakah rumah adat yang kamu lihat sama? Jelaskan!
Setiap suku di Indonesia memiliki rumah adat yang berbeda dengan suku yang lainnya. Seperti contoh Rumah adat Bolon (Sumut), Gadang (Sumbar), Joglo (Jawa), Lamin (Kaltim), Tongkonan (Sulsel dan Sulbar), dan Honai (Papua)dan masih banyak yang lainnya.

3. Bagaimanakah tarian adat yang kamu lihat? Jelaskan!
Tarian adat yang ada di Nusantara berbeda antara satu dengan yang lainnya. Contoh tarian tradisional: Saudati dan Saman (Aceh), Serampang dua belas dan Tor-tor (Sumut), Piring dan Payung (Sumbar), Gending Sriwijaya (Sumsel), Topeng, Ondel-ondel dan Ronggeng (DKI Jakarta).

4. Apa lagi yang kamu ketahui tentang keragaman budaya Indonesia?

·         Senjata Tradisional. Saat ini senjata tradisional dipakai sebagai pelengkap dalam pakaian adat. Contoh Rencong (Aceh), Keris (Jawa), Mandau (Kalimantan), Badik (Betawi), Clurit (Madura) Badik (Sulsel), Jenawi (Riau) dan Trisula (Sumsel).
·         Makanan Khas. Contoh makan khas daerah yang ada di Indonesia antara lain ; Gudeg (Yogyakarta), Rendang (Padang), Pempek (Palembang), Rujak Cingur (Surabaya), Ayam Betutu (Bali), Pepeda (Maluku dan Papua).
·         Upacara Adat. Uapacara adat berhubungan dengan adat istiadat dan kepercayaan suatu masyarakat. Contoh upacara adat yang ada di Indonesia antara lain : Upacara Kasodo(Tengger), Lompat batu (Nias), Grebeg Suro (Solo), Ngaben (Bali).

Mengenal Suku Minang
Suku Minang sering disebut sebagai orang Padang atau Urang Awak. Mereka adalah kelompok etnis Nusantara yang berada di Sumatra Barat.
Selain bahasa Padang, orang Minang juga menggunakan bahasa Melayu. Alat musik tradisional Minang adalah talempong. Talempong dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik khas Minang lainnya yang dimainkan dengan cara ditiup adalah saluang. Masyarakat
Minang juga memiliki banyak jenis tarian, di antaranya adalah tari Pasambahan dan tari Piring. Tari Pasambahan biasanya ditampilkan dalam pesta adat. Rumah adat Minang disebut rumah gadang yang terbuat dari bahan kayu.
Rendang merupakan salah satu masakan tradisional Minang yang terkenal, bahkan telah dikenal di negara lain. Makanan khas masyarakat Minang lainnya yang juga digemari adalah sate padang dan dendeng balado.
Orang Minang gemar berdagang dan merantau ke daerah lain. Legenda yang terkenal adalah cerita “Si Malin Kundang”.

Apa nama rumah adat suku Minang?(Rumah Gadang)
Apa bahasa yang digunakan oleh suku Minang?(Bahasa Minang dan Bahasa Melayu)
Apa makanan tradisional suku Minang?(Rendang dan Sate Padang)
Apa alat musik tradisional suku Minang?((Talempong)
Apa tarian tradisional suku Minang?(Pasambahan dan Tari Piring)
Menyikapi perbedaan budaya yang ada bukanlah hal yang mudah dan bukan pula hal yang susah bila kita mau berusaha. Perbedaan budaya adalah bukan pemicu pertengkaran dan perselisihan tapi perbedaan budaya sesungguhnya kekayaan yang sangat luar biasa. Perbedaan budaya dapat menimbulkan masalah  yang ada dalam masyarakat.  Pada dasarnya setiap masyarakat memiliki pola dan corak kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Sehingga mereka cenderung memperlakukan sama pada setiap bentuk kebudayaan. Padahal budaya itu sendiri berbentuk sesuai dengan corak masyarakat yang bersangkutan. sikap seperti inilah sering kali memicu kesalahpahaman.

FILOSOFI MOTIF BATIK DI JAWA



 

              Sedemikian uniknya tatanan busana yang terkait erat dengan adat dan tata sopan santun orang jawa dulu, demikianpun dalam pemakaian kain batik sebagai busana kebesaran harus mentaati segala peraturaan yang berlaku. Misalnya pemakaian kain batik untuk kalangan wanita harus menutupi mata kaki. Kalau memakai kain batik jauh lebih tinggi dari mata kaki, hal itu bisa diartikan wanita tersebut tidak paham adat, serta kurang paham kesopanan. Pakaian lembaran kain batik dimulai dari ujungnya masuk ke sebelah kiri pinggang pemakainya, dan ujung kain batik lainnya melingkari tubuh ke arah kanan. Sehingga ujung kain batik yang (diwiru-profil lipat) berada paling atas dan ke arah kanan pinggang pemakainya.
          Ini berbeda dengan cara pemakaian kain batik bagi kaum pria. Dimulai dengan memasukkan ujung kain batik ke bagian kanan pinggang, lalu ditutupi kain batik yang melingkari pinggang memutar ke kanan, lalu ke kiri. Sehingga ujung kain batik yang dilipat-lipat (diwiru) berada di tengah menghadap ke kiri. Bagian atas kain batik (bagian pinggang) diikat dengan ikat pinggang (epek) serta kain pengikat pinggang yang panjang. Bagian ini tertutup oleh kain benting (ikat pinggang panjang) yang terbuat dari kain beludru bermotif kembang-kernbang. Kemudian tertutup oleh baju kebaya (untuk kaum wanita), atau beskap (untuk kaum pria). Dengan mengenakan busana Jawi lengkap termasuk sebilah keris yang terselip di lipatan ikat pinggang, dengan kepala ditutup blangkon (kuluk) untuk kaum pria, terasalah kebesaran jiwa.
          Sementara kaum wanitanya dalam panutan busana batik dengan kain kebayanya yang membentuk potongan tubuh yang indah, terasakan keagungannya. Di luar upacara tradisional, misalnya pada suatu pasta perkawinan di luar keraton, kemeja batik atau gaun batik dengan pelbagai corak motif dan warnanya sudah merupakan busana resmi. Keanggunan seni batik tidak saja struktur warnanya yang serasi, juga corak lukisan batiknya yang penuh berisi filosofi dan penuh ragam sekaligus memberi ciri khas nilai seni budaya Jawa serta kebanggaan nasional
SENI BATIK
          Seni batik pada dasarnya merupakan seni lukis dengan  bahan: kain, canthing dan malam ‘sebangsa cairan lilin’. Canthing biasanya berbentuk seperti mangkuk kecil dengan tangki (pegangan) terbuat dari kayu atau bambu dan bermoncong satu atau lebih. Canthing yang bermoncong satu untuk membuat garis, titik atau cerek, sedangkan canthing yang bermoncong beberapa (dapat sampai tujuh) dipakai untuk membuat hiasan berupa kumpulan titik-titik.
          Masih bertahannya seni batik sampai jaman moderen ini, tidak dapat dilepaskan adanya kebanggaan, adat tradisi, sifat religius dari ragam hias batik, serta usaha untuk melestarikan pemakai batik tradisional dan tata warna tradisional. Dilihat dari proses pembuatannya ada batik tulis dan batik cap. Dengan semakin berkembangnya motif dan ragam hias batik cap, mengakibatkan batik tulis tradisional mengalami kemunduran. Hal ini dapat dimengerti sebab batik tulis secara ekonomis harga relatif mahal dan jumlah pengrajin batik tulis semakin berkurang.
          Sekarang ini ada beberapa daerah yang masih dapat dikatakan sebagai daerah pembatikan tradisional. Daerah yang dimaksud antara lain:Surakarta, Yogyakarta, Cirebon, Indramayu, Garut, Pekalongan, Lasem, Madura, Jambi, Sumatera Barat, Bali dan lain-lain.
          Surakarta atau Surakarta Hadiningrat juga dikenal dengan nama Solo merupakan ibukota kerajaan dari Karaton Surakarta Hadiningrat. Surakartamerupakan pusat pusat pemerintahan, agama dan kebudayaan. Sebagai pusat kebudayaan Surakarta tidak dapat dilepaskan sebagai sumber seni dan ragam hias batiknya. Ragam hias batik umumnya bersifat simbolos yang erat hubungannya dengan filsafat Jawa-Hindu, misalnya :
a)      Sawat atau hase ‘sayap’ melambangkan mahkota atau perguruan tinggi.
b)      Meru ‘gunung’ melambangkan gunung atau tanah
c)      Naga ‘ular’ melambangkan air (tula atau banyu)
d)      Burung melambangkan angin atau dunia atas
e)      Lidah api melambangkan nyala api atau geni
          Penciptaan ragam hias batik tidak hanya memburu keindahannya saja, tetapi juga memperhitungkan nilai filsafat hidup yang terkandung dalam motifnya. Yang dalam filsafat hidup tersebut terkandung harapan yang luhur dari penciptanya yang tulus agar dapat membawa kebaikan dan kebahagiaaan pemakainya. Beberapa contoh :
a.  Ragam hias slobong, yang berarti agak besar atau longgar atau lancar yang dipakai untuk melayat dengan harapan agar arwah yang meninggal dunia tidak mendapat kesukaran dan dapat diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.
b.  Ragam hias sida mukti, yang berarti ‘jadi bahagia’, dipakai oleh pengantin pria dan wanita, dengan harapan agar pengantin terus-menerus hidup dalam kebahagiaan.
          Dengan demikian dapatlah dinyatakan bahwa ragam hias dalam seni batik aturan dan tata cara pemakainya menyangkut harapan pemakainya. Disamping itu, khusus di Karaton Surakarta, ragam hias batik (terutama kain batik) dapat menyatakan kedudukan sosial pemakainya, misalnya ragam hias batik parang rusak barong atau motif lereng hanya boleh dipakai oleh raja dan putra sentana. Bagi abdi dalem tidak diperkenankan memakai ragam hias tersebut.
          Seni batik bagi Karaton Surakarta merupakan suatu hal yang penting dalam pelaksanaan tata adat  busana tradisional Jawa, dan dalam busana tradisional  ini kain batik memegang peranan yang cukup penting bagi pelestarian dan pengembangan seni budaya jawa kedepan  
Kain Batik Tertentu Dipercaya Daya Gaib Kepada Pemakainya.
          Jangan sembarang memakai batik, motif batik tertentu dipercaya memberikan kekuatan pada pemakainya. Maka si pemakai juga bukan orang sembarangan, batik jenis itu disebut batik larangan.
          Batik larangan banyak tersebar di Yogyakarta, Surakarta danCirebon. Di tiga daerah itu ada karaton yang dihuni oleh para Sultan. Disana batik berperan penting dalam upacara tradisional karaton. Pelbagai motif khusus masih diakui menjadi milik karaton antara lain : Kawung Parang, Cemukiran, Udan Liris dan Alas-Alasan.
Kawung
          Corak ini bermotif bulatan mirip buah kawung (sejening kepala) yang ditata rapi secara geomatris. Palang hitam-hitam dalam bulatan diibaratkan biji kawung untuk orang Jawa, biji itu lambang kesuburan.
          Motif kawung juga bisa diinterprestasikan sebagai gambar lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang merekah. Lotus melambangkan umur panning dan kesucian.
          Beberapa variasi kawung adalah ceplok, truntum dan sidomukti. Salah satu variasi lain tumbal, diperuntukkan kaum brahmana dan cendekiawan.
Parang
          Corang itu berpola pedang yang menunjukkan kekuatan atau kekuasaan, karenanya batik bercorak parang diperuntukkan para ksatya dan penguasa. Menurut kepercayaan, corak parang harus dibatik tanpa salah agar tak menghilangkan kekuatan gaibnya.
          Kalau berpola pisau belati atau keris , batik bercorak parang boleh dipakai oleh tiap orang dan dipercaya membawa rezeki dan menjauhkan dari penyakit. Variasinya : Parang Rusak, Parang Barong dan Parang Klitik.
          Komposisi miring pada parang menandakan kekuatan dan gerak cepat, yang dipercaya memberi kekuatan magis pada batik bercorak parang itu adalah mlinjon, pemisah komposisi miring berbentuk seperti ketupat.
 Sawat
          Corak ini ditandai dengan lukisan sayap atau lar, baik yang berpasangan maupun yang tunggal. Sayap itu mengibaratkan garuda, menurut mitologi Hindu-Jawa, garuda adalah burung yang bertubuh dan berkaki seperti manusia, namun bersayap dan berkepala seperti burung. Corak parang yang diberi tambahan lar garuda hanya boleh digunakan oleh raja dan putranya.
Batik Sebagai Busana Dalam Tatanan dan Tuntunan
          "Rum Kuncaraning Bangsa Dumunung Haneng Luhuring Budaya" sabda dari Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakoe Boewono X dari Karaton Surakarta Hadiningrat itu mempunyai arti harumnya nama dan tingginya derajat suatu bangsa terletak pada budayanya.
          Melihat keberadaan batik Surakarta pada saat ini, di rasa cukup memprihatinkan mengingat pada saat ini orang hanya bisa mengenakan, namun ternyata sedikit yang bisa memahami makna batik secara budaya. Lebih dari itu di saat orang asing tertarik untuk mempelajari berbagai hal tentang batik, justru orang Jawa sebagai pemilik sebagai pemilik budaya batik  nampaknya sedikit yang memperdulikannya.
          Sedangkan bagi orang luar termasuk orang asing atau mancanegara diharapkan buku ini dapat memberikan informasi yang lebih mendalam tentang bathik Surakarta serta dapat menumbuhkan cakrawala baru bahwa batik, khususnya Gaya Surakartan bukan sekedar pakaian namun riwayatnya memuat filosofi yang luhur
PENGERTIAN BATIK
          Para penulis buku tentang bathik terdahulu, banyak yang menuliskan kata "Bathik" dengan "Batik" atau huruf yang seharusnya "tha" ditulis dengan "ta". Dimana bathik menurut penulis bathik-bathik terdahulu diartikan menurut "Jarwadhosok" yaitu "Ngembat Titik" atau "Rambataning Titik-Titik". Dimana dari "Jarwaodhosok" tersebut dimaksudkan bahwa bathik merupakan rangkaian dari titik-titik.
          Namun demikian, pemaknaan bathik seperti itu itu penulis tidak tepat atau bahkan dapat dikatakan salah. Karena jika dilihat dari huruf Jawa yang dipergunakan dalam menuliskan bathik adalah…… bukannya…… yang menggunakan huruf ta. Sehingga kalau mengacu pada penulisan tersebut bathik kalau di "Jarwodhosok" kan akan menjadi ngembat "thithik atau rambating" thithik-thithik".
          Dilihat dari hal itu arti bathik secara "Jarwadhosok" tidaklah tepat, hanya sekedar "dolanan tembung" (bermain kata-kata) saja. Dalam budaya Jawa bathik tidak dapat diartikan hanya dengan satu dua kata ataupun padanan kata tanpa penjelasan lanjut. Karena bathik merupakan suatu hasil dari proses yang panning mulai dari melukis motif hingga pada tahap akhir proses "babaran". Yang menjadi ciri utama dari bathik adalah di dalam proses tersebut dipergunakan bahan utama berupa mori, malam (lilin) dan pewarna.
          Dalam buku "Peatingkahing Adamel Sinjang", proses pembuatan bathik ada dua macam yang keduanya memiliki perbedaan mendasar. Yang kemudian dari perbedaan proses tersebut menghasilkan dua jenis bathik, yaitu bathik carik dan bathik cap. Perbedaan yang mendasar itu terletak pada proses awal pembuatan bathik, dimana pada bathik carik pembuatan pola awal motif bathik digambar menggunakan pensil. Yang kemudian ditindas dengan " malam " menggunakan canting. Sedangkan pada bathik cap, pola atau motif bathik dibuat dengan menggunakan cap atau stamp yang terbuat dari tembaga. Cap tersebut dibasahi dengan malam dan langsung dicapkan pada mori putih, jadi tanpa menggunakan pola dari pensil dan tanpa menggunakan canthing. Dalam proses selanjutnya kedua jenis bathik ini menggunakan cara yang sama.  
FALSAFAH AGRARIS BATIK
          Erat sekali hubungan antara motif ( gambar) batik dengan lingkungan alam sekitarnya. Bentuk dan warna biji dan bungan menjadi inspirasi dari motif ( gambar) batik yang dibuat sedemikian indah oleh seniman tradisional yang kreatif menghasilkan pelbagai gambar/ motif dengan makna filosofisnya yayangh dalam. Motif/ gambar dari rambut disela-sela pelepah daun pohon kolang kaling, melahirkan motif batik kawung. Dari bungan kenikir lahir motif batik ceplok kembang kenikir, dari bunga asam lahir motif batik semen kembang asem, dari buah manggis lahir motif batik ceplok manggis, dari merekahnya bunga kecil lahirlah motif batik truntum, dari mata parang yang rusak lahirlah motif parang . Dan untuk pengisi ruang kosongnya diberi motif/ gambar bunga sirih, rembyang, cengkehan, bunga delima dan lain-lain. Warna batik yang merah putih itu asalnya darti warna gula kelapa, hijau putih dari gadung mlati , merah ibarat hutan terbakar.
          Ketika industrialisasi makin merebak, penggusuran hutan atau daerah pertanian dengan hayati dan nabatinya, juga perubahan cara berpikir masyarakat pendukung nilai-nilai filosofi batik, maka semakin jelas tergesernya filosofi agraris yang menjadi isi utama filosofi motif batik.
          Produk teknologi proses pembuatan batik printing dengan motif/gambar batik hasil rancangan komputer dengan variasi gambar dan kecerahan warna yang semarak ataupun yang norak pada dua decade terakhir ini telah menciptakan tekstil bermotif batik gaya baru.Meski pun mungkin isi filosofinya tak lagi agraris. Atau tanpa filosofi, sekedar keceriaan.Ada juga motif-motif batik dengan karya kreatif yang tidak terikat dengan filosofi agraris pada batik tradisional, seperti motif batik Wahyu tumurun, wirasat, sri kuncoro, Bokor kencana dan lain-lain.
          Setiap daerah memiliki ciri  warna khas dan motif batiknya. Kal;au di daerah Surakarta di pedalaman warna batik dikuasai sogan coklat, latar hitam/kelenga atau biru.


Filosofi Bunga Matahari



Filosofi Bunga Matahari

Pernahkah melihat bunga matahari? Ya, hari ini aku ingin bercerita tentang bunga cantik yang satu ini. Bunga matahari memiliki filosofi kesetiaan dimana ia selalu setia mengikuti arah matahari dan warna kuning identik dengan arti kehangatan dan kebahagiaan.
Tanaman bunga matahari merupakan jenis bunga majemuk yang terdiri ratusan hingga ribuan bunga kecil dalam tongkolnya. Bunga matahari memiliki prilaku khas yang selalu mengikuti arah matahari. Bunga matahari menjadi bunga nasional Ukraina dan menjadi bunga resmi negara bagian Kansas, Amerika Serikat.
Arti bunga matahari – Bunga ini dinamakan bunga matahari karena selalu setia mengikuti kemana arah matahari bergulir. Jika anda memperhatikan bunga matahari pada pagi hari maka dia akan menghadap ke timur, dimana matahari terbit dan kemudian akan terus mengikutinya seiring pergerakan matahari kearah barat, dimana matahari terbenam. Sifat dari bunga matahari ini memberikan arti kesetiaan yang patut untuk dijadikan pedoman akan arti sebuah kesetiaan. Setia dan patuh akan kodratnya tanpa adanya protes.
Siklus bunga matahari memang tidak lama. Dia cepat sekali berbunga indah, tapi hanya bersemi sekilas untuk kemudian segera gugur. Bagiku bunga matahari adalah simbol semangat dan keceriaan. Tapi bukan cepatnya layu itu yang menjadi perhatianku melainkan bagaimana bunga itu begitu cepat bersemi diusia muda. Seolah-olah aku dihadapkan pada semangat dan impianku menjadi seorang penulis yang sering kali timbul tenggelam.
Semoga semangat itu bisa muncul lagi, yang ingin aku tiru dari bunga itu adalah keceriaannya dan semangatnya, bukan cepat layunya. Kelak aku pasti bisa mewujudkan impianku. Bersemi dengan cepat, memberi semangat, inspirasi dan keceriaan.

artikel

Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur


Beberapa ahli sejarah berpendapat tentang alasan perpindahan Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur oleh Empu Sindok. Pertama, karena adanya serangan dari Sriwijaya sebagai bentuk hukuman kepada bhumi Jawa. Kedua, adanya bencana alam berupa gunung meletus, mengingat banyak kita temukan gunung berapi di Jawa Tengah.

Kerajaan baru yang dipindahkan Empu Sindok dari Jawa Tengah ke Jawa Timur tetap bernama Mataram. Hal itu seperti yang disebutkan dalam Prasasti Paradah yang berangka tahun 865 Saka (943 M) dan Prasasti Anjukladang yang berangka tahun 859 Saka (973 M). Letak ibu kota kerajaannya tidak ada sumber yang pasti menyebutkan. Berdasarkan Prasasti Paradah dan Prasasti Anjukladang disebutkan bahwa ibu kota Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur adalah Watugaluh. Kemungkinan ibu kota itu berada di Desa Watugaluh sekarang, dekat Jombang di tepi Sungai Brantas. Akan tetapi, berdasarkan Prasasti Taryyan yang berangka tahun 851 Saka (929 M) disebutkan bahwa ibu kota Mataram Kuno di Jawa Timur adalah Tomwlang. Diperkirakan nama Tomwlang identik dengan nama desa di Jombang (Jawa Timur).

A. Bidang Politik

Silsilah raja yang pernah memerintah Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur, antara lain sebagai berikut :

1.  Empu Sindok (929–947)

Setelah naik takhta pada tahun 929, Empu Sindok bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmattunggadewa. Dia naik takhta karena menikahi putri Wawa. Namun, Empu Sindok menganggap dirinya sebagai pembentuk dinasti baru, yaitu Dinasti Isana. Empu Sindok merupakan peletak batu pertama berdirinya kerajaan besar di Jawa Timur.

Empu Sindok berpengalaman mengatur kerajaan sehingga dapat menjalankan roda pemerintahan dengan lancar, aman, dan tertib. Dengan demikian, perekonomian rakyatnya pun makin baik.

Empu Sindok banyak meninggalkan prasasti. Bahkan, ia pun merestui usaha menghimpun kitab suci agama Buddha Tantrayana. Ini membuktikan betapa besar toleransinya terhadap agama lain dan perhatiannya terhadap bidang sastra. Kitab tersebut berjudul Sang Hyang Kamahayanikan yang berisi ajaran dan tata cara beribadah agama Buddha.

2.  Sri Isanatunggawijaya

Setelah Empu Sindok wafat, tampuk pemerintahan dipegang oleh putrinya, Sri Isanatunggawijaya yang menikah dengan Raja Lokapala. Perkawinan tersebut melahirkan Makutawangsawardhana yang nantinya menggantikan ibunya memerintah di Watugaluh atau di Tomwlang.

Masa pemerintahan dan apa yang diperbuat oleh kedua raja tersebut tidak banyak yang kita ketahui. Makutawangsawardhana mempunyai putri cantik, yaitu Mahendradatta (Gunapriyadharmapatni). Putri itu kemudian menikah dengan Raja Udayana dari keluarga Warmadewa yang memerintah di Bali.

3.  Dharmawangsa (991–1016)

Pengganti Raja Makutawangsawardhana ialah Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikramatunggadewa. Siapa sebenarnya Dharmawangsa itu sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Ada yang menduga bahwa Dharmawangsa adalah kakak Mahendradatta putra Makutawangsawardhana.

Nama Dharmawangsa dikenal dari kitab Wirataparwa yang disadur ke dalam bahasa Jawa Kuno atas perintah Dharmawangsa. Kitab Wirataparwa merupakan bagian dari kitab Mahabharata yang terdiri atas 18 bagian. Isi pokok kitab itu adalah kisah perang besar antarkeluarga Bharata, yaitu Pandawa dan Kurawa. Kitab Mahabharata digubah oleh Pendeta Wyasa Kresna Dwipayana. Di samping itu, pada tahun 991 disusun kitab hukum Siwasasana.

Dharmawangsa adalah seorang raja yang cakap dan punya cita-cita besar. Ia ingin menguasai seluruh Jawa dan pulau-pulau di sekitarnya. Dharmawangsa juga ingin mengembangkan perekonomiannya melalui perdagangan laut. Untuk mewujudkan cita-citanya, Dharmawangsa segera membangun armada laut yang kuat. Pada masa itu pada saat bersamaan di Sumatra telah berdiri Kerajaan Sriwijaya yang telah berkembang besar dan menguasai jalur perdagangan Selat Malaka, Semenanjung Malaya, Selat Sunda, dan pesisir barat Sumatra. Hal itu dianggap sebagai saingan berat dan penghalang cita-cita Dharmawangsa. Oleh karena itu, Sriwijaya harus dimusnahkan.

Pada tahun 990 Dharmawangsa mengirimkan pasukannya untuk menyerbu Sriwijaya dan Semenanjung Malaya. Pasukan Dharmawangsa berhasil menduduki beberapa daerah pantai Sriwijaya dan memutuskan hubungan Sriwijaya dengan dunia luar. Kejadian itu dibenarkan oleh sumber berita dari Cina (992) yang menyebutkan bahwa utusan Sriwijaya ke Cina tidak dapat kembali (berhenti di Kanton) karena Sriwijaya diduduki musuh.

Sriwijaya menjadi lemah, tetapi secara diam-diam melakukan gerakan bawah tanah (subversi) ke Jawa dan menghasut adipati (raja bawahan) yang kurang loyal terhadap Dharmawangsa agar bersedia memberontak. Usaha itu rupanya termakan juga oleh seorang adipati yang bernama Wurawari (dari daerah sekitar Banyumas sekarang).

Dalam peristiwa penyerbuan ke Kerajaan Dharmawangsa itu ternyata ada tokoh penting yang berhasil lolos dari maut. Dia adalah Airlangga, putra Mahendradatta (dari Bali) yang saat itu sedang dinikahkan dengan putri Dharmawangsa. Airlangga berhasil menyelamatkan diri masuk hutan ditemani pengiringnya yang setia, Narottama.

Setelah keadaan kembali tenang, Airlangga didatangi oleh para pendeta dan brahmana. Mereka meminta Airlangga agar bersedia dinobatkan menjadi raja. Permintaan itu mula-mula ditolak dan baru pada tahun 1019 A

4.  Pemerintahan Airlangga

Airlangga setelah naik takhta bergelar Sri Maharaja Rakai Halu Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa. Awalnya, Airlangga hanya merupakan raja kecil dengan daerah kekuasaan yang sangat terbatas. Raja-raja bawahan Dharmawangsa tidak mau mengakui kekuasaan Airlangga. Setelah berjuang dan berperang selama tujuh tahun, pada tahun 1035 Airlangga berhasil menyatukan kembali wilayah kerajaannya dan pusat kerajaan dipindahkan ke Kahuripan (1037).


B. Bidang Sosial dan Budaya

Kehidupan keagamaan pada masa pemerintahan Airlangga pun diperhati- kan. Hal itu diwujudkan, antara lain dengan mendirikan tempat pemujaan dan pertapaan, misalnya Pertapaan Pucangan di lereng Gunung Penanggungan. Terjadi pula perkembangan di bidang sastra. Pada masa itu telah dihasilkan karya sastra dengan judul Arjuna Wiwaha yang ditulis oleh Empu Kanwa pada tahun 1035. Kitab itu berisi kisah kiasan terhadap kehidupan Raja Airlangga yang diidentifikasikan sebagai tokoh Arjuna. Agama yang berkembang pada saat itu ialah Hindu aliran Wisnu atau Waisnawa sehingga Airlangga dianggap sebagai titisan Dewa Wisnu yang bertugas memelihara perdamaian dunia.

C. Bidang Ekonomi

Pada masa pemerintahan Dharmawangsa, pembangunan dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan itu dilakukan dengan membuat saluran irigasi serta memperbaiki tanggul Sungai Brantas di Waringin Sapta, Pelabuhan Ujung Galuh, dan Kembang Putih di Tuban. Hal itu dimaksudkan untuk memperlancar pelayaran dan perdagangan laut dengan dunia luar, seperti India, Burma (Myanmar), dan Kampuchea.

Airlangga mempunyai beberapa orang putra. Putra sulungnya seorang putrid bernama Sri Sanggramawijaya Dharmaprasadottunggadewi. Dialah yang dicalonkan menjadi pengganti Airlangga. Akan tetapi, ia tidak bersedia dan lebih suka menjadi seorang pertapa yang kemudian terkenal dengan nama Dewi Kilisuci.


Setelah putrinya mengundurkan diri dari hal-hal duniawi, Airlangga memutuskan untuk membagi kerajaannya menjadi Jenggala dan Panjalu (Kediri). Hal itu dimaksudkan agar kelak tidak terjadi perang saudara berebut kekuasaan. Pembagian kerajaan dilakukan pada tahun 1041 oleh Empu Bharada.