Selasa, 26 Januari 2016
My profil
Nama : Farhana nursyamsi U
TTL : Serang 16 november 95
Alamat : jalan raya cilegon km 08 no 67 kramatwatu serang banten
Anak ke 5 dari 6 bersaudara
Agama : Islam
Riwayat sekolah :
SD N 1 kramatwatu, SMP N 1 kramatwatu, SMA N kramatwatu, Universitas sultan ageng tirtayasa (sedang berjalan)
Moto hidup : melangkah maju, maju utuk masa depan yg cerah (tidak mudah menyerah) .
my twin
Sebut saja saya hana dan foto yang di samping saya ini hani, kami adalah saudara kembar.. Kami terlahir dari seorang ibu dan ayah yang berinisial E dan U .. Kita anak terakhir dari 6 bersaudara 2 laki" , 3 perempuan dan yg trakhir kami .. Kami bangga dan senang di lahirkan kedunia ini . karena mereka lah org" sukses penyemangat kami .. Sampai kami tubuh dewasa seperti ini ,
Banyak org yg bilang kalo kita beda , dan banyk juga orang yang berkata kita mirip . tapi buat kami itu hal biasa. Karena mereka yg menilai dan kami hanya menjalankan..
Hana hani itu bagaikan adik dan kaka yang tidak bisa di pisahkan .. Walaupun ada saja perselisihan di antara kita karena berbeda pendapat , tapi itu bukan alasan kami untuk ribut atau marahan. kami selalu satukan pikiran kita hingga masalah terselesaikan.
Kami bahagia menjadi saudara kembar..
Berayukur terlahir kedunia ini, terima kasi kepada orang tua kami yang telah melahirkan kami ke dunia ini . teriamakasi tuhan telah menciptakan kami ..
Selalu bersyukur dengan keadaan apapun..
Minggu, 03 Januari 2016
Sepenggal Curhatanku.
pengalaman
wktu terus berlalu
kini hari mulai berganti
aku sadari waktu ku begitu panjang
banyak hal yang ingin aku perbaiki
aku ingin memulai hidup lebih baik
aku ingin merasakan keindahan yang indah
waktu terus berjalan
aku terus berjalan
menatap ke depan
melangkah maju
pengalam mengajrkanku arti kehidupan..
wktu terus berlalu
kini hari mulai berganti
aku sadari waktu ku begitu panjang
banyak hal yang ingin aku perbaiki
aku ingin memulai hidup lebih baik
aku ingin merasakan keindahan yang indah
waktu terus berjalan
aku terus berjalan
menatap ke depan
melangkah maju
pengalam mengajrkanku arti kehidupan..
KEANEKARAGAMAN BUDAYA DI INDONESIA
Keanek aragaman budaya Indonesia dari Sabang sampai Merauke merupakan aset yang tidak ternilai harganya, sehingga harus tetap dipertahankan dan terus dilestarikan. Tetapi, sayangnya, sebagai anak bangsa masih banyak yang tidak mengetahui ragam budaya daerah lain di Indonesia, salah satunya budaya tato di Mentawai, Sumatra Barat, tindik sebagai tanda kedewasaan dan masih banyak kebudayaan lain yang belum ter ekdplorasi. Bagi penyuka traveling ke berbagai daerah di Indonesia, khususnya yang rasa ingintahunya cukup tinggi terhadap beragam budaya, tidak ada salahnya mampir ke Mentawai untuk melihat dari dekat budaya tato yang sudah menjadi kebudayaan masyarakat setempat, selain menikmati sajian pesona alam dan lautnya.
Bangsa Indonesia
terkenal sebagai bangsa yang memiliki banyak sekali kebudayaan. Bangsa kita
mempunyai beraneka ragam suku bangsa, budaya, agama, dan adat istiadat. Semua
itu dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Misalnya dalam upacara adat, rumah adat, baju adat, nyanyian dan tarian daerah,
alat musik, dan makanan khas. Kekayaan budaya tersebut perlu dipelajari dalam
rangka meningkatkan kecintaan dan kebanggaan terhadap tanah air. Sikap
toleransi dalam menghadapi perbedaan perlu dikembangkan melalui kegiatan
sehari-hari.
Kekayaan budaya bangsa harus kita syukuri
sebagai anugerah tuhan yang maha kuasa kepada bangsa kita. Keragaman budaya
yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara akan menjadikan bangsa yang besar
dan kuat. Dalam bidang bahasa, kebudayaan daerah yang berwujud dalam bahasa
daerah dapat memperkaya perbedaharaan istilah dalam bahasa Indonesia. Dalam
bidang pariwisata, potensi keberagaman budaya dapat dijadikan objek dan tujuan
pariwisata di Indonesia yang bisa mendatangkan devisa.
Sikap toleransi berarti sikap yang rela menerima dan menghargai perbedaan
dengan orang atau kelompok lain. Empati adalah sikap yang secara ikhlas mau
merasakan pikiran dan perasaan orang lain. toleran dan empati ini sangat
penting ditumbuh kembangkan dalam kehidupan masyarakat yang majemuk seperti di
Indonesia. Cara pikir seperti ini akan membawa kita pada sikap dan tindakan
untuk tidak memperbesar perbedaan, tetapi mencari nilai-nilai universal yang
dapat mempersatukan bangsa Indonesia.
1. Apakah pakaian adat
yang mereka gunakan sama? Jelaskan!
Pakaian adat
masing-masing suku bangsa yang ada di Indonesia berbeda-beda. Pakaian adat
dipakai pada acara khusus. Contoh pakaian adat antara lain: Blangkong dan Baju
Beskap (Jawa Tengah), Baju Surjan dan balngkon (Yogyakarta), baju teluk
belangan dan daster (Riau), Ulos dan Sabe-sabe (Sumut).
2. Apakah rumah adat
yang kamu lihat sama? Jelaskan!
Setiap suku di
Indonesia memiliki rumah adat yang berbeda dengan suku yang lainnya. Seperti
contoh Rumah adat Bolon (Sumut), Gadang (Sumbar), Joglo (Jawa), Lamin (Kaltim),
Tongkonan (Sulsel dan Sulbar), dan Honai (Papua)dan masih banyak yang lainnya.
3. Bagaimanakah tarian
adat yang kamu lihat? Jelaskan!
Tarian adat yang ada
di Nusantara berbeda antara satu dengan yang lainnya. Contoh tarian
tradisional: Saudati dan Saman (Aceh), Serampang dua belas dan Tor-tor (Sumut),
Piring dan Payung (Sumbar), Gending Sriwijaya (Sumsel), Topeng, Ondel-ondel dan
Ronggeng (DKI Jakarta).
4. Apa lagi yang kamu
ketahui tentang keragaman budaya Indonesia?
·
Senjata Tradisional. Saat ini senjata
tradisional dipakai sebagai pelengkap dalam pakaian adat. Contoh Rencong
(Aceh), Keris (Jawa), Mandau (Kalimantan), Badik (Betawi), Clurit (Madura)
Badik (Sulsel), Jenawi (Riau) dan Trisula (Sumsel).
·
Makanan Khas. Contoh makan khas daerah yang
ada di Indonesia antara lain ; Gudeg (Yogyakarta), Rendang (Padang), Pempek
(Palembang), Rujak Cingur (Surabaya), Ayam Betutu (Bali), Pepeda (Maluku dan
Papua).
·
Upacara Adat. Uapacara adat berhubungan
dengan adat istiadat dan kepercayaan suatu masyarakat. Contoh upacara adat yang
ada di Indonesia antara lain : Upacara Kasodo(Tengger), Lompat batu (Nias),
Grebeg Suro (Solo), Ngaben (Bali).
Mengenal
Suku Minang
Suku Minang sering disebut sebagai orang Padang atau Urang Awak. Mereka
adalah kelompok etnis Nusantara yang berada di Sumatra Barat.
Selain bahasa Padang, orang Minang juga menggunakan bahasa Melayu. Alat
musik tradisional Minang adalah talempong. Talempong dimainkan dengan cara
dipukul. Alat musik khas Minang lainnya yang dimainkan dengan cara ditiup
adalah saluang. Masyarakat
Minang juga memiliki banyak jenis tarian, di antaranya adalah tari
Pasambahan dan tari Piring. Tari Pasambahan biasanya ditampilkan dalam pesta
adat. Rumah adat Minang disebut rumah gadang yang terbuat dari bahan kayu.
Rendang merupakan salah satu masakan tradisional Minang yang terkenal,
bahkan telah dikenal di negara lain. Makanan khas masyarakat Minang lainnya
yang juga digemari adalah sate padang dan dendeng balado.
Orang Minang gemar berdagang dan merantau ke daerah lain. Legenda yang
terkenal adalah cerita “Si Malin Kundang”.
Apa nama rumah adat
suku Minang?(Rumah Gadang)
Apa bahasa yang
digunakan oleh suku Minang?(Bahasa Minang dan Bahasa Melayu)
Apa makanan tradisional
suku Minang?(Rendang dan Sate Padang)
Apa alat musik
tradisional suku Minang?((Talempong)
Apa tarian tradisional suku
Minang?(Pasambahan dan Tari Piring)
Menyikapi perbedaan budaya yang ada bukanlah hal yang mudah dan bukan pula
hal yang susah bila kita mau berusaha. Perbedaan budaya adalah bukan pemicu
pertengkaran dan perselisihan tapi perbedaan budaya sesungguhnya kekayaan yang
sangat luar biasa. Perbedaan budaya dapat menimbulkan masalah yang ada
dalam masyarakat. Pada dasarnya setiap masyarakat memiliki pola dan corak
kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Sehingga mereka cenderung memperlakukan
sama pada setiap bentuk kebudayaan. Padahal budaya itu sendiri berbentuk sesuai
dengan corak masyarakat yang bersangkutan. sikap seperti inilah sering kali
memicu kesalahpahaman.
FILOSOFI MOTIF BATIK DI JAWA
Sedemikian uniknya tatanan
busana yang terkait erat dengan adat dan tata sopan santun orang jawa dulu,
demikianpun dalam pemakaian kain batik sebagai busana kebesaran harus mentaati
segala peraturaan yang berlaku. Misalnya pemakaian kain batik untuk kalangan
wanita harus menutupi mata kaki. Kalau memakai kain batik jauh lebih tinggi
dari mata kaki, hal itu bisa diartikan wanita tersebut tidak paham adat, serta
kurang paham kesopanan. Pakaian lembaran kain batik dimulai dari ujungnya masuk
ke sebelah kiri pinggang pemakainya, dan ujung kain batik lainnya melingkari
tubuh ke arah kanan. Sehingga ujung kain batik yang (diwiru-profil
lipat) berada paling atas dan ke arah kanan pinggang pemakainya.
Ini
berbeda dengan cara pemakaian kain batik bagi kaum pria. Dimulai dengan memasukkan
ujung kain batik ke bagian kanan pinggang, lalu ditutupi kain batik yang
melingkari pinggang memutar ke kanan, lalu ke kiri. Sehingga ujung kain batik
yang dilipat-lipat (diwiru) berada di tengah menghadap ke kiri. Bagian atas
kain batik (bagian pinggang) diikat dengan ikat pinggang (epek) serta kain
pengikat pinggang yang panjang. Bagian ini tertutup oleh kain benting (ikat
pinggang panjang) yang terbuat dari kain beludru bermotif kembang-kernbang.
Kemudian tertutup oleh baju kebaya (untuk kaum wanita), atau beskap (untuk kaum
pria). Dengan mengenakan busana Jawi lengkap termasuk sebilah keris yang
terselip di lipatan ikat pinggang, dengan kepala ditutup blangkon (kuluk) untuk
kaum pria, terasalah kebesaran jiwa.
Sementara
kaum wanitanya dalam panutan busana batik dengan kain kebayanya yang membentuk
potongan tubuh yang indah, terasakan keagungannya. Di luar upacara tradisional,
misalnya pada suatu pasta perkawinan di luar keraton, kemeja batik atau gaun
batik dengan pelbagai corak motif dan warnanya sudah merupakan busana resmi.
Keanggunan seni batik tidak saja struktur warnanya yang serasi, juga corak
lukisan batiknya yang penuh berisi filosofi dan penuh ragam sekaligus memberi
ciri khas nilai seni budaya Jawa serta kebanggaan nasional
SENI BATIK
Seni
batik pada dasarnya merupakan seni lukis dengan bahan: kain,
canthing dan malam ‘sebangsa cairan lilin’. Canthing biasanya berbentuk seperti
mangkuk kecil dengan tangki (pegangan) terbuat dari kayu atau bambu dan
bermoncong satu atau lebih. Canthing yang bermoncong satu untuk membuat garis,
titik atau cerek, sedangkan canthing yang bermoncong beberapa (dapat sampai
tujuh) dipakai untuk membuat hiasan berupa kumpulan titik-titik.
Masih
bertahannya seni batik sampai jaman moderen ini, tidak dapat dilepaskan adanya
kebanggaan, adat tradisi, sifat religius dari ragam hias batik, serta usaha
untuk melestarikan pemakai batik tradisional dan tata warna tradisional.
Dilihat dari proses pembuatannya ada batik tulis dan batik cap. Dengan semakin
berkembangnya motif dan ragam hias batik cap, mengakibatkan batik tulis
tradisional mengalami kemunduran. Hal ini dapat dimengerti sebab batik tulis
secara ekonomis harga relatif mahal dan jumlah pengrajin batik tulis semakin
berkurang.
Sekarang
ini ada beberapa daerah yang masih dapat dikatakan sebagai daerah pembatikan
tradisional. Daerah yang dimaksud antara lain:Surakarta,
Yogyakarta, Cirebon, Indramayu, Garut, Pekalongan, Lasem, Madura, Jambi,
Sumatera Barat, Bali dan lain-lain.
Surakarta atau
Surakarta Hadiningrat juga dikenal dengan nama Solo merupakan ibukota kerajaan
dari Karaton Surakarta Hadiningrat. Surakartamerupakan pusat pusat
pemerintahan, agama dan kebudayaan. Sebagai pusat
kebudayaan Surakarta tidak dapat dilepaskan sebagai sumber seni dan
ragam hias batiknya. Ragam hias batik umumnya bersifat simbolos yang erat
hubungannya dengan filsafat Jawa-Hindu, misalnya :
a) Sawat
atau hase ‘sayap’ melambangkan mahkota atau perguruan tinggi.
b) Meru
‘gunung’ melambangkan gunung atau tanah
c) Naga
‘ular’ melambangkan air (tula atau banyu)
d) Burung
melambangkan angin atau dunia atas
e) Lidah
api melambangkan nyala api atau geni
Penciptaan
ragam hias batik tidak hanya memburu keindahannya saja, tetapi juga
memperhitungkan nilai filsafat hidup yang terkandung dalam motifnya. Yang dalam
filsafat hidup tersebut terkandung harapan yang luhur dari penciptanya yang
tulus agar dapat membawa kebaikan dan kebahagiaaan pemakainya. Beberapa contoh
:
a. Ragam hias
slobong, yang berarti agak besar atau longgar atau lancar yang dipakai untuk
melayat dengan harapan agar arwah yang meninggal dunia tidak mendapat kesukaran
dan dapat diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.
b. Ragam hias sida
mukti, yang berarti ‘jadi bahagia’, dipakai oleh pengantin pria dan wanita,
dengan harapan agar pengantin terus-menerus hidup dalam kebahagiaan.
Dengan
demikian dapatlah dinyatakan bahwa ragam hias dalam seni batik aturan dan tata
cara pemakainya menyangkut harapan pemakainya. Disamping itu, khusus di
Karaton Surakarta, ragam hias batik (terutama kain batik) dapat menyatakan
kedudukan sosial pemakainya, misalnya ragam hias batik parang rusak barong atau
motif lereng hanya boleh dipakai oleh raja dan putra sentana. Bagi abdi dalem
tidak diperkenankan memakai ragam hias tersebut.
Seni
batik bagi Karaton Surakarta merupakan suatu hal yang penting dalam pelaksanaan
tata adat busana tradisional Jawa, dan dalam busana tradisional ini
kain batik memegang peranan yang cukup penting bagi pelestarian dan
pengembangan seni budaya jawa kedepan
Kain Batik Tertentu
Dipercaya Daya Gaib Kepada Pemakainya.
Jangan
sembarang memakai batik, motif batik tertentu dipercaya memberikan kekuatan
pada pemakainya. Maka si pemakai juga bukan orang sembarangan, batik jenis itu
disebut batik larangan.
Batik
larangan banyak tersebar di Yogyakarta, Surakarta danCirebon. Di tiga
daerah itu ada karaton yang dihuni oleh para Sultan. Disana batik berperan
penting dalam upacara tradisional karaton. Pelbagai motif khusus masih diakui
menjadi milik karaton antara lain : Kawung Parang, Cemukiran, Udan
Liris dan Alas-Alasan.
Kawung
Corak
ini bermotif bulatan mirip buah kawung (sejening kepala) yang ditata rapi secara
geomatris. Palang hitam-hitam dalam bulatan diibaratkan biji kawung untuk orang
Jawa, biji itu lambang kesuburan.
Motif
kawung juga bisa diinterprestasikan sebagai gambar lotus (teratai) dengan empat
lembar daun bunga yang merekah. Lotus melambangkan umur panning dan kesucian.
Beberapa
variasi kawung adalah ceplok, truntum dan sidomukti. Salah satu
variasi lain tumbal, diperuntukkan kaum brahmana dan cendekiawan.
Parang
Corang
itu berpola pedang yang menunjukkan kekuatan atau kekuasaan, karenanya batik
bercorak parang diperuntukkan para ksatya dan penguasa. Menurut kepercayaan,
corak parang harus dibatik tanpa salah agar tak menghilangkan kekuatan gaibnya.
Kalau
berpola pisau belati atau keris , batik bercorak parang boleh dipakai
oleh tiap orang dan dipercaya membawa rezeki dan menjauhkan dari
penyakit. Variasinya : Parang Rusak, Parang Barong dan Parang Klitik.
Komposisi
miring pada parang menandakan kekuatan dan gerak cepat, yang dipercaya memberi
kekuatan magis pada batik bercorak parang itu adalah mlinjon, pemisah komposisi
miring berbentuk seperti ketupat.
Sawat
Corak
ini ditandai dengan lukisan sayap atau lar, baik yang berpasangan maupun yang
tunggal. Sayap itu mengibaratkan garuda, menurut mitologi Hindu-Jawa, garuda
adalah burung yang bertubuh dan berkaki seperti manusia, namun bersayap dan
berkepala seperti burung. Corak parang yang diberi tambahan lar garuda hanya
boleh digunakan oleh raja dan putranya.
Batik Sebagai Busana
Dalam Tatanan dan Tuntunan
"Rum
Kuncaraning Bangsa Dumunung Haneng Luhuring Budaya" sabda dari Ingkang
Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakoe Boewono X dari Karaton Surakarta Hadiningrat
itu mempunyai arti harumnya nama dan tingginya derajat suatu bangsa terletak
pada budayanya.
Melihat
keberadaan batik Surakarta pada saat ini, di rasa cukup memprihatinkan
mengingat pada saat ini orang hanya bisa mengenakan, namun ternyata sedikit
yang bisa memahami makna batik secara budaya. Lebih dari itu di saat orang
asing tertarik untuk mempelajari berbagai hal tentang batik, justru orang Jawa
sebagai pemilik sebagai pemilik budaya batik nampaknya sedikit yang
memperdulikannya.
Sedangkan
bagi orang luar termasuk orang asing atau mancanegara diharapkan buku ini dapat
memberikan informasi yang lebih mendalam tentang bathik Surakarta serta dapat
menumbuhkan cakrawala baru bahwa batik, khususnya Gaya Surakartan bukan sekedar
pakaian namun riwayatnya memuat filosofi yang luhur
PENGERTIAN BATIK
Para
penulis buku tentang bathik terdahulu, banyak yang menuliskan kata
"Bathik" dengan "Batik" atau huruf yang seharusnya
"tha" ditulis dengan "ta". Dimana bathik menurut penulis
bathik-bathik terdahulu diartikan menurut "Jarwadhosok" yaitu
"Ngembat Titik" atau "Rambataning Titik-Titik". Dimana dari
"Jarwaodhosok" tersebut dimaksudkan bahwa bathik merupakan rangkaian
dari titik-titik.
Namun
demikian, pemaknaan bathik seperti itu itu penulis tidak tepat atau bahkan
dapat dikatakan salah. Karena jika dilihat dari huruf Jawa yang dipergunakan
dalam menuliskan bathik adalah…… bukannya…… yang menggunakan huruf ta. Sehingga
kalau mengacu pada penulisan tersebut bathik kalau di "Jarwodhosok"
kan akan menjadi ngembat "thithik atau rambating"
thithik-thithik".
Dilihat
dari hal itu arti bathik secara "Jarwadhosok" tidaklah tepat, hanya
sekedar "dolanan tembung" (bermain kata-kata) saja. Dalam budaya Jawa
bathik tidak dapat diartikan hanya dengan satu dua kata ataupun padanan kata
tanpa penjelasan lanjut. Karena bathik merupakan suatu hasil dari proses yang
panning mulai dari melukis motif hingga pada tahap akhir proses
"babaran". Yang menjadi ciri utama dari bathik adalah di dalam proses
tersebut dipergunakan bahan utama berupa mori, malam (lilin) dan pewarna.
Dalam
buku "Peatingkahing Adamel Sinjang", proses pembuatan bathik ada dua
macam yang keduanya memiliki perbedaan mendasar. Yang kemudian dari perbedaan
proses tersebut menghasilkan dua jenis bathik, yaitu bathik carik dan bathik
cap. Perbedaan yang mendasar itu terletak pada proses awal pembuatan bathik,
dimana pada bathik carik pembuatan pola awal motif bathik digambar menggunakan
pensil. Yang kemudian ditindas dengan " malam " menggunakan canting.
Sedangkan pada bathik cap, pola atau motif bathik dibuat dengan menggunakan cap
atau stamp yang terbuat dari tembaga. Cap tersebut dibasahi dengan malam dan
langsung dicapkan pada mori putih, jadi tanpa menggunakan pola dari pensil dan
tanpa menggunakan canthing. Dalam proses selanjutnya kedua jenis bathik ini
menggunakan cara yang sama.
FALSAFAH AGRARIS BATIK
Erat
sekali hubungan antara motif ( gambar) batik dengan lingkungan alam
sekitarnya. Bentuk dan warna biji dan bungan menjadi inspirasi dari
motif ( gambar) batik yang dibuat sedemikian indah oleh seniman
tradisional yang kreatif menghasilkan pelbagai gambar/ motif dengan makna
filosofisnya yayangh dalam. Motif/ gambar dari rambut disela-sela pelepah daun
pohon kolang kaling, melahirkan motif batik kawung. Dari bungan kenikir lahir
motif batik ceplok kembang kenikir, dari bunga asam lahir motif batik semen
kembang asem, dari buah manggis lahir motif batik ceplok manggis, dari
merekahnya bunga kecil lahirlah motif batik truntum, dari mata parang yang
rusak lahirlah motif parang . Dan untuk pengisi ruang kosongnya
diberi motif/ gambar bunga sirih, rembyang, cengkehan, bunga delima dan
lain-lain. Warna batik yang merah putih itu asalnya darti warna gula kelapa,
hijau putih dari gadung mlati , merah ibarat hutan terbakar.
Ketika
industrialisasi makin merebak, penggusuran hutan atau daerah pertanian dengan
hayati dan nabatinya, juga perubahan cara berpikir masyarakat pendukung
nilai-nilai filosofi batik, maka semakin jelas tergesernya filosofi agraris
yang menjadi isi utama filosofi motif batik.
Produk
teknologi proses pembuatan batik printing dengan motif/gambar batik hasil
rancangan komputer dengan variasi gambar dan kecerahan warna yang semarak
ataupun yang norak pada dua decade terakhir ini telah menciptakan tekstil
bermotif batik gaya baru.Meski pun mungkin isi filosofinya tak lagi
agraris. Atau tanpa filosofi, sekedar keceriaan.Ada juga motif-motif
batik dengan karya kreatif yang tidak terikat dengan filosofi agraris pada
batik tradisional, seperti motif batik Wahyu tumurun, wirasat, sri kuncoro,
Bokor kencana dan lain-lain.
Setiap
daerah memiliki ciri warna khas dan motif batiknya.
Kal;au di daerah Surakarta di pedalaman warna batik dikuasai
sogan coklat, latar hitam/kelenga atau biru.
Filosofi Bunga Matahari
Filosofi
Bunga Matahari
Pernahkah
melihat bunga matahari? Ya, hari ini aku ingin bercerita tentang bunga
cantik yang satu ini. Bunga matahari memiliki filosofi kesetiaan dimana ia
selalu setia mengikuti arah matahari dan warna kuning identik dengan arti
kehangatan dan kebahagiaan.
Tanaman
bunga matahari merupakan jenis bunga majemuk yang terdiri ratusan hingga ribuan
bunga kecil dalam tongkolnya. Bunga matahari memiliki prilaku khas yang selalu
mengikuti arah matahari. Bunga matahari menjadi bunga nasional Ukraina dan
menjadi bunga resmi negara bagian Kansas, Amerika Serikat.
Arti
bunga matahari – Bunga ini dinamakan bunga matahari karena selalu setia
mengikuti kemana arah matahari bergulir. Jika anda memperhatikan bunga matahari
pada pagi hari maka dia akan menghadap ke timur, dimana matahari terbit dan
kemudian akan terus mengikutinya seiring pergerakan matahari kearah barat,
dimana matahari terbenam. Sifat dari bunga matahari ini memberikan arti
kesetiaan yang patut untuk dijadikan pedoman akan arti sebuah kesetiaan. Setia
dan patuh akan kodratnya tanpa adanya protes.
Siklus
bunga matahari memang tidak lama. Dia cepat sekali berbunga indah, tapi hanya
bersemi sekilas untuk kemudian segera gugur. Bagiku bunga matahari adalah
simbol semangat dan keceriaan. Tapi bukan cepatnya layu itu yang menjadi
perhatianku melainkan bagaimana bunga itu begitu cepat bersemi diusia muda.
Seolah-olah aku dihadapkan pada semangat dan impianku menjadi seorang penulis
yang sering kali timbul tenggelam.
Semoga
semangat itu bisa muncul lagi, yang ingin aku tiru dari bunga itu adalah
keceriaannya dan semangatnya, bukan cepat layunya. Kelak aku pasti bisa
mewujudkan impianku. Bersemi dengan cepat, memberi semangat, inspirasi dan
keceriaan.
artikel
Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur
Beberapa ahli sejarah berpendapat
tentang alasan perpindahan Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur
oleh Empu Sindok. Pertama, karena adanya serangan dari Sriwijaya sebagai bentuk
hukuman kepada bhumi Jawa. Kedua, adanya bencana alam berupa gunung meletus,
mengingat banyak kita temukan gunung berapi di Jawa Tengah.
Kerajaan baru yang dipindahkan Empu
Sindok dari Jawa Tengah ke Jawa Timur tetap bernama Mataram. Hal itu seperti
yang disebutkan dalam Prasasti Paradah yang berangka tahun 865 Saka (943 M) dan
Prasasti Anjukladang yang berangka tahun 859 Saka (973 M). Letak ibu kota
kerajaannya tidak ada sumber yang pasti menyebutkan. Berdasarkan Prasasti
Paradah dan Prasasti Anjukladang disebutkan bahwa ibu kota Kerajaan Mataram
Kuno di Jawa Timur adalah Watugaluh. Kemungkinan ibu kota itu berada di Desa
Watugaluh sekarang, dekat Jombang di tepi Sungai Brantas. Akan tetapi,
berdasarkan Prasasti Taryyan yang berangka tahun 851 Saka (929 M) disebutkan
bahwa ibu kota Mataram Kuno di Jawa Timur adalah Tomwlang. Diperkirakan nama
Tomwlang identik dengan nama desa di Jombang (Jawa Timur).
A. Bidang Politik
Silsilah raja yang pernah memerintah
Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur, antara lain sebagai berikut :
1. Empu Sindok (929–947)
Setelah naik takhta pada tahun 929,
Empu Sindok bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana
Wikramadharmattunggadewa. Dia naik takhta karena menikahi putri Wawa. Namun,
Empu Sindok menganggap dirinya sebagai pembentuk dinasti baru, yaitu Dinasti
Isana. Empu Sindok merupakan peletak batu pertama berdirinya kerajaan besar di
Jawa Timur.
Empu Sindok berpengalaman mengatur
kerajaan sehingga dapat menjalankan roda pemerintahan dengan lancar, aman, dan
tertib. Dengan demikian, perekonomian rakyatnya pun makin baik.
Empu Sindok banyak meninggalkan
prasasti. Bahkan, ia pun merestui usaha menghimpun kitab suci agama Buddha
Tantrayana. Ini membuktikan betapa besar toleransinya terhadap agama lain dan
perhatiannya terhadap bidang sastra. Kitab tersebut berjudul Sang Hyang
Kamahayanikan yang berisi ajaran dan tata cara beribadah agama Buddha.
2. Sri Isanatunggawijaya
Setelah Empu Sindok wafat, tampuk
pemerintahan dipegang oleh putrinya, Sri Isanatunggawijaya yang menikah dengan
Raja Lokapala. Perkawinan tersebut melahirkan Makutawangsawardhana yang
nantinya menggantikan ibunya memerintah di Watugaluh atau di Tomwlang.
Masa pemerintahan dan apa yang
diperbuat oleh kedua raja tersebut tidak banyak yang kita ketahui.
Makutawangsawardhana mempunyai putri cantik, yaitu Mahendradatta
(Gunapriyadharmapatni). Putri itu kemudian menikah dengan Raja Udayana dari
keluarga Warmadewa yang memerintah di Bali.
3. Dharmawangsa (991–1016)
Pengganti Raja Makutawangsawardhana
ialah Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikramatunggadewa. Siapa sebenarnya
Dharmawangsa itu sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Ada yang menduga
bahwa Dharmawangsa adalah kakak Mahendradatta putra Makutawangsawardhana.
Nama Dharmawangsa dikenal dari kitab
Wirataparwa yang disadur ke dalam bahasa Jawa Kuno atas perintah Dharmawangsa.
Kitab Wirataparwa merupakan bagian dari kitab Mahabharata yang terdiri atas 18
bagian. Isi pokok kitab itu adalah kisah perang besar antarkeluarga Bharata,
yaitu Pandawa dan Kurawa. Kitab Mahabharata digubah oleh Pendeta Wyasa Kresna
Dwipayana. Di samping itu, pada tahun 991 disusun kitab hukum Siwasasana.
Dharmawangsa adalah seorang raja
yang cakap dan punya cita-cita besar. Ia ingin menguasai seluruh Jawa dan
pulau-pulau di sekitarnya. Dharmawangsa juga ingin mengembangkan
perekonomiannya melalui perdagangan laut. Untuk mewujudkan cita-citanya,
Dharmawangsa segera membangun armada laut yang kuat. Pada masa itu pada saat
bersamaan di Sumatra telah berdiri Kerajaan Sriwijaya yang telah berkembang
besar dan menguasai jalur perdagangan Selat Malaka, Semenanjung Malaya, Selat
Sunda, dan pesisir barat Sumatra. Hal itu dianggap sebagai saingan berat dan
penghalang cita-cita Dharmawangsa. Oleh karena itu, Sriwijaya harus
dimusnahkan.
Pada tahun 990 Dharmawangsa
mengirimkan pasukannya untuk menyerbu Sriwijaya dan Semenanjung Malaya. Pasukan
Dharmawangsa berhasil menduduki beberapa daerah pantai Sriwijaya dan memutuskan
hubungan Sriwijaya dengan dunia luar. Kejadian itu dibenarkan oleh sumber
berita dari Cina (992) yang menyebutkan bahwa utusan Sriwijaya ke Cina tidak
dapat kembali (berhenti di Kanton) karena Sriwijaya diduduki musuh.
Sriwijaya menjadi lemah, tetapi
secara diam-diam melakukan gerakan bawah tanah (subversi) ke Jawa dan menghasut
adipati (raja bawahan) yang kurang loyal terhadap Dharmawangsa agar bersedia
memberontak. Usaha itu rupanya termakan juga oleh seorang adipati yang bernama
Wurawari (dari daerah sekitar Banyumas sekarang).
Dalam peristiwa penyerbuan ke
Kerajaan Dharmawangsa itu ternyata ada tokoh penting yang berhasil lolos dari
maut. Dia adalah Airlangga, putra Mahendradatta (dari Bali) yang saat itu
sedang dinikahkan dengan putri Dharmawangsa. Airlangga berhasil menyelamatkan
diri masuk hutan ditemani pengiringnya yang setia, Narottama.
Setelah keadaan kembali tenang,
Airlangga didatangi oleh para pendeta dan brahmana. Mereka meminta Airlangga
agar bersedia dinobatkan menjadi raja. Permintaan itu mula-mula ditolak dan
baru pada tahun 1019 A
4. Pemerintahan Airlangga
Airlangga setelah naik takhta
bergelar Sri Maharaja Rakai Halu Lokeswara Dharmawangsa Airlangga
Anantawikramottunggadewa. Awalnya, Airlangga hanya merupakan raja kecil dengan
daerah kekuasaan yang sangat terbatas. Raja-raja bawahan Dharmawangsa tidak mau
mengakui kekuasaan Airlangga. Setelah berjuang dan berperang selama tujuh
tahun, pada tahun 1035 Airlangga berhasil menyatukan kembali wilayah
kerajaannya dan pusat kerajaan dipindahkan ke Kahuripan (1037).
B. Bidang Sosial dan Budaya
Kehidupan keagamaan pada masa
pemerintahan Airlangga pun diperhati- kan. Hal itu diwujudkan, antara lain
dengan mendirikan tempat pemujaan dan pertapaan, misalnya Pertapaan Pucangan di
lereng Gunung Penanggungan. Terjadi pula perkembangan di bidang sastra. Pada
masa itu telah dihasilkan karya sastra dengan judul Arjuna Wiwaha yang ditulis
oleh Empu Kanwa pada tahun 1035. Kitab itu berisi kisah kiasan terhadap
kehidupan Raja Airlangga yang diidentifikasikan sebagai tokoh Arjuna. Agama
yang berkembang pada saat itu ialah Hindu aliran Wisnu atau Waisnawa sehingga
Airlangga dianggap sebagai titisan Dewa Wisnu yang bertugas memelihara
perdamaian dunia.
C. Bidang Ekonomi
Pada masa pemerintahan Dharmawangsa,
pembangunan dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan
itu dilakukan dengan membuat saluran irigasi serta memperbaiki tanggul Sungai
Brantas di Waringin Sapta, Pelabuhan Ujung Galuh, dan Kembang Putih di Tuban.
Hal itu dimaksudkan untuk memperlancar pelayaran dan perdagangan laut dengan
dunia luar, seperti India, Burma (Myanmar), dan Kampuchea.
Airlangga mempunyai beberapa orang
putra. Putra sulungnya seorang putrid bernama Sri Sanggramawijaya
Dharmaprasadottunggadewi. Dialah yang dicalonkan menjadi pengganti Airlangga.
Akan tetapi, ia tidak bersedia dan lebih suka menjadi seorang pertapa yang
kemudian terkenal dengan nama Dewi Kilisuci.
Setelah putrinya mengundurkan diri
dari hal-hal duniawi, Airlangga memutuskan untuk membagi kerajaannya menjadi
Jenggala dan Panjalu (Kediri). Hal itu dimaksudkan agar kelak tidak terjadi
perang saudara berebut kekuasaan. Pembagian kerajaan dilakukan pada tahun 1041
oleh Empu Bharada.
Langganan:
Postingan (Atom)